Gejala Penyakit Tumbuhan Tipe Hipoplastik/Hipoplasia

II. PEMBAHASAN
II. 1. Penyakit Tumbuhan dan Konsep Timbulnya Penyakit
Penyakit adalah perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi pathogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala.atau Ketidak mampuan tumbuhan untuk memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya. Penyebab penyakit tumbuhan ada 2 yaitu:
a)      Bersifat biotik Sering disebut penyakit fisiologis atau non infektif disebabkan oleh :
  • Keadaan tanah (Kelembaban, struktur reaksi tanah, kahat oksigen, kahat unsur hara, teksositas pestisida).
  • Keadaan cuaca(suhu tinggi,rendah,kekurangan atau kelebihan cahaya,angin hujan).
  • Kerusakan(kultur teknik yang salah)
b)      Bersifat abiotik disebabkan oleh penyakit infektif disebabkabn oleh pathogen:
  • Jamur (cendawan).
  • Bakteri
  • Virus
  • Mikoplasma
  • Viroid
  • Nematode
  • Protozoa
  • Tanaman tingkat tinggi
Timbulnya suatu penyakit juga tergantung pada sifat genetic yang dimiliki oleh inang itu sendiri, terdapat inang yang rentan (suscept), tahan (resisten), toleran (tolerant), kebal (immune) yaitu tanaman yang tidak dapat diinfeksi oleh pathogen. Adanya macam-macam sifat ini digunakan untuk melakukan upaya pencegahan penyakit dengan memanipulasi gen sehingga dapat dihasilkan tanaman yang resisten bahkan immune Umur, bentuk dan kerapatan pohon juga berpengaruh terhadap kemungkinan tanaman tersebut diserang penyakit. Misalnya beberapa marga fungi seperti Fusarium, Phytophthora, Phythium, Sclerotium dan Rhizoctonia banyak menyerang tanaman sengon, mangium, eukaliptus, dammar, sonokeling dan gmelina pada tingkat semai. Faktor lain dari inang yang berpengaruh terhadap kemungkinan terserangnya sutu penyakit adalah kesehatan tanaman inang. Tanaman yang sehat merupakan tanaman yang mempunyai pertumbuhan baik.

II. 2. Gejala Penyakit Tumbuhan
Abnormalitas atau ketidaknormalan yang ditunjukkan suatu penyakit disebut gejala. Gejala yang timbul hanya setempat atau hanya terbatas pada daerah tertentu saja di bagian tubuh tanaman (pada daun, buah, akar) disebut gejala lesional atau gejala lokal, sedangkan gejala yang timbul pada seluruh tubuh tanaman disebut gejala sistemik (Kondisi serangan penyakit yang lebih luas, bisanya tidak jelas batas batasnya. Contohnya adalah serangan oleh virus mosaic, belang maupun layu).
Gejala yang tampak sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan di dalam sel-sel bagian tanaman yang bersangkutan. Oleh karena itu gejala yang ditunjukkan oleh tanaman yang terganggu juga dapat dibedakan berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sel atau pada sekumpulan sel yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut :
  1. Tipe Nekrotis.
  2. Tipe Hipoplastik/Hipoplasia.
  3. Tipe Hiperpalstis.


II. 3. Gejala Penyakit Tumbuhan Tipe Hipoplastik/Hipoplasia
Tipe hipoplastik, yaitu tipe gejala yang disebabkan karena adanya hambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sel atau bagian sel. Contoh gejala yang termasuk tipe hipoplastik yaitu : kerdil (atropi, mengecil sebagian = stunt), katai (atropi, mengecil proporsional=dwarf), pusaran (roset), (perubahan simetri), etiolasi (memanjang, sempit dan pucat), klorosis karena terhambatnya pembentukan klorofil,

Tipe Hipoplastik/Hipoplasia. meliputi;
a. Etiolasi Pertumbuhan tanaman yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi karena ketiadaan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu banyak menyebabkan tumbuhan menguning. Pada hal ini hormon auksin bekerja dengan baik karena tumbuhan tidak terkena cahaya. Etiolasi termasuk salah satu gangguan pertumbuhan pada tanaman yang kekurangan sinar matahari. Kerja auksin yang terlalu berlebihan menjadikan batang hanya bertumbuh secara apikal (bertumbuh memanjang) tanpa disertai pertumbuhan lateral (pertumbuhan ke samping yang membuat batang memiliki ukuran diameter tertentu untuk menyokong beban tubuh di bagian atas). Jika etiolasi terjadi, batang menjadi kutilang, kurus tinggi sehingga trasport sari makanan di antara organ tumbuhan tidak berjalan baik. Selain itu karena kurangnya cahaya, Fotosintesis tidak berlangsung dengan baik, jadi tidak ada energi yang bisa dihasilkan tumbuhan untuk melakukan aktivitas pertumbuhan secara optimal. Dalam dunia pertanian, etiolasi harus dihindari agar hasil yang diperoleh pun optimal. Maka dari itu Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
Gambar. 1. Contoh tanaman (kacang tanah) yang terjadi etiolasi

b. Kerdil (atrophy) : Gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya. Biasa nya ini terjadi karna terjadinya persaingan unsur hara yang sangat ketat sehingga tanaman akan menjadi kerdil contoh nya tanaman yang jarak tanam nya terlalu dekat/rapat.
Gambar. 2. Contoh tanaman (cabai) yang terjadi kerdil (atrofi)

c. Klorosis : Terjadi karena penghambatan pembentukan klorofil sehingga tanaman yang bewarna hijau menjadi bewarna kuning atau pucat dengan berbagai pola, yaitu :
Mozaik: Bagian yang bewarna kuning hanya setempat-setempat. Contohnya : Daun tembakau yang diserang Tobacco Mozaik Virus.
Vein Banding: Bagian yang bewarna hijau hanya pada bagian sekitar tulang daun. Contohnya: penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) pada jeruk.
Vein Clearing: Bagian yang kuning hanya pada bagian sekitar tulang daun. Contohnya : Penyakit triteza pada jeruk.
Sehingga apabila daun mengalami klorosis, maka daun tidak berwarna hijau lagi melainkan kuning, merah, atau  warna lainnya tergantung pada pigmen-pigmen asesoris yang muncul.  Terjadinya klorosis merupakan indikasi dari kekahatan nutrisi (unsure hara). Dalam tubuh tumbuhan ditemukan 16 unsur yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup tumbuhan. Unsur-unsur ini disebut sebagai unsure esensial. Karena tanpa unsure tersebut, tumbuhan tidak dapat menyempurnakan daur hidupnya, tumbuhan tidak dapat melakukan  proses-proses metabolism, dan keberadaan unsure tersebut tak tergantikan oleh unsure manapun. Ke-16 unsur yang ada dalam tubuh tumbuhan, jumlahnya (komposisinya) berbeda-beda, sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dibedakan menjadi unsure makro dan unsure mikro. Yang tergolong ke dalam unsure makro yaitu C-H-O-N-S-P-K-Ca-Mg dan yang tergolong ke dalam unsure mikro yaitu Mn-Cu-Zn-Fe-B-Mo-Cl-Ni. Ke-16 unsur esensial diperlukan oleh tumbuhan untuk melakukan 3 fungsi, yaitu elekrokimia, struktur, dan katalitik. Apabila terjadi kekahatan unsure – unsure esensial  dapat mengakibatkan klorosis, artinya unsure-unsur tersebut menjalankan fungsi yang berkaitan dengan keberadaan klorofil. Kekahatan pada semua unsure makro dapat mengakibatkan klorosis. Seperti kekahatan nitrogen, magnesium, kalsium, kalium, phospor, dan sulfur.  Sedangkan kekahatan unsure mikro, hanya beberapa saja yang berdampak keklorosisan daun, yaitu kekahatan besi , mangan dan molybdenum.
Klorosis akibat kekahatan nitrogen. Nitrogen merupakan unsure yang digunakan sebagai penyusun senyawa-senyawa penting dalam  tumbuhan, salah satunya klorofil. Keberadaan nitrogen dalam klorofil terletak pada susunan kepala klorofil, yakni bagian dari cincin pirol. Sehingga bila terjadi kekahatan nitrogen, hanya sedikit klorofil yang terbentuk. Otomatis, daun berwarna selain hijau(klorosis).  Nitrogen memiliki daya  mobilitas tinggi (mudah dipindahkan), sehingga klorosis terjadi dari daun tua kemudian menjalar ke daun muda. Klorosis akibat kekahatan magnesium. Tak berbeda dari nitrogen, magnesium pun merupakan unsure penyusun cincin pirol pada klorofil yakni sebagai pusat cincin  yang mengikat 4 atom  nitrogen. Sehingga bila terjadi kekahatan magnesium, maka klorofilnya tidak terbentuk. Dan klorosis pada daun dimulai dari tulang daun karena magnesium memiliki mobilitas yang tinggi sehingga mudah dipindahkan dari tulang-tulang daun ke bagian-bagian sel-sel daun. 
Klorosis akibat kekahatan kalsium. Kalsium memang tidak berfungsi sebagai penyusun klorofil. Akan tetapi kekahatan kalsium dapat menyebabkan klorosis. Kalsium berfungsi untuk sintesis pektin(Ca-pektat), sebagai penyusun lamella tengah dinding sel. Apabila terjadi kekahatan kalsium, maka lamella tengah tidak terbentuk. Sehingga dinding selnya rapuh karena tidak ada yang mengikat antar dinding sel. Hal ini mengakibatkan kebocoran  air dalam sel tersebut, terutama pada dearah tepi daun yang berhubungan langsung dengan lingkungan. Sehingga jumlah airnya berkurang dalam sel. Apabila jumlah air berkurang / sedikit maka sel tersebut tidak dapat menjalankan proses fotosintesis yang memerlukan kadar air yang cukup banyak. Lalu, karena fotosisntesis tidak berlangsung, klorofil yang ada pada sel-sel mesofil tidak digunakan. Sehingga senyawa ini ( klorofil) akan dirombak menjadi unsure-unsur  penyusunnya . karena bagian tepi daun yang lebih dulu kehilangan air (mengalami kebocoran),  maka daerah tepi daun juga yang lebih dulu mengalami klorosis kemudian merambat keseluruh daun.
Klorosis akibat kekahatan kalium. Salah satu fungsi kalium yaitu  menjaga kesetimbangan air dalam  tumbuhan. Proses membukanya stomata juga terjadi karena adanya pertukaran ion K+ dengan H+. Apabila ion K+ banyak dalam  sel  penutup maka stomata akan membuka. Namun sebaliknya, kadar kalium dalam tumbuhan minim, maka tidak ada kalium yang akan dipertukarkan dengan H+. Artinya, sel penjaga akan menutup. Hal ini mengakibatkan CO2 tidak dapat berdifusi ke dalam sel. CO2 merupakan prekursor pembentuk karbohidrat dalam  reaksi fotosintesis. Akibatnya daun tidak berfotosintesis karena CO2 tidak ada. Sehingga klorofil tidak digunakan. Klorofil yang lama-kelamaan tidak terpakai akan terurai  menjadi unsure-unsur penyusunya. Kalium merupakan unsure yang mudah untuk dipindahkan, sehingga klorosis terjadi dimulai dari daun yang lebih tua.
Klorosis akibat kekahatan sulfur. Fungsi sulfur adalah sebagai penyusun asam amino metionin dan sistein. Asam amino ini (metionin dan sistein) akan bergabung dengan asam-asam amino yang lain untuk membentuk protein, salah satunya koenzim A. Koenzim A ini berperan dalam  pembentukan klorofil.apabila kadar sulfur tidak mencukupi, maka asam amino metionin dan sistein pun sedikit sekali, dan koenzim a yang terbentuk juga sangat sedikit. Sehingga klorofil yang dibentuk pun sedikit, sehingga terjadi klorosis. Sulfur memiliki daya mobilitas yang rendah, sehingga kekahatan terjadi dari daun yang muda. 
Klorosis akibat kekahatan phosphor. Salah satu fungsi phosphor adalah  penyusun ATP. Apabila unsure P ini kurang, maka, ATP tidak terbentuk. ATP ini merupakan energy yang akan digunakan untuk melakukan aktivitas pertumbuhan. Karena ATP tidak ada, maka akan kekurangan energy. Sehingga sel kan mencari sumber energy dengan cara merombak senyawa-senyawa , salah satunya klorofil. Klorosis akibat kekahatan besi. Meskipun unsure mikro, kekahatan besi dapat menyebabkan klorosis. Klorofil terbentuk dari senyawa fitoferipin, yakni cikal bakal senyawa klorofil. Fitoferipin memiliki bentuk/struktur yang sama seperti klorofil, hanya saja bagian cincin pirolnya terdapat unsure besi sebagai pusatnya. Sehingga bila besi tidak cukup dalam tumbuhan, senyawa fitoferin tidak terbentuk maka klorofilnya pun tidak terbentuk, akhirnya klorosis.
Klorosis akibat kekahatan molybdenum. Molybdenum berfungsi sebagai kofaktor enzim nitrat reduktase yang berperan dalam reduksi nitrat menjadi nitrit dalam daur nitrogen.  Dan nantinya nitrogen ini akan digunakan untuk menyusun berbagai senyawa dalam tumbuhan, termasuk fitoferin dan klorofil. Apabila kebutuhan akan molybdenum dalam tumbuhan tidak tercukupi, maka daur nitrogen pun tidak dapat berlangsung. Sehingga tidak diperoleh nitrogen dan akan berujung pada klorosis. Klorosis akibat kekahatan unsure mangan. Mangan merupakan kofaktor berbagai enzim, salah satunya enzim yang berperan dalam fotosintesis. Sehingga apabila kekurangan manga, maka fotosintesis tidak berlangsung. Akibatnya, klorofil dalam daun tidak digunakan dan akan terurai menjadi unsure-unsur penyusunnya.
Air merupakan komponen terbanyak yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup termasuk tumbuhan. Dalam tubuh tumbuhan air memiliki peranan yang sangat penting. Salah satunya sebagai precursor fotosintesis. Berbeda dengan organism lainnya, tumbuhan diberi kemampuan untuk mengubah senyawa anorganik menjadi senyawa organic yang dapat digunakan sebagai makanan dan juga digunakan oleh seluruh makhluk lainnya. Dalam  reaksi fotosintesis, tumbuhan mengubah senyawa anorganik berupa karbondioksida dan air menjadi karbohidrat. Dalam fotosintesis, air diperlukan untuk donor elector pada fotofosforilasi melalui fotolisis air. Apabila air tidak mencukupi, maka tidak ada fotolisis air, sehingga donor electron tidak terbentuk. Hal ini berakibat fotofosforilasi tidak berlangsung. Fotofosforilasi tidak berjalan, maka ATP dan NADPH2 yang akan digunakan pada reaksi gelap tidak dihasilkan. Sehingga reaksi gelap tidak berjalan dan karbohidrat tidak dihasilkan. Artinya secara keseluruhan proses fotosintesis tidak berlangsung. Karena fotosintesis tidak berjalan, maka klorofil juga tidak dipergunakan sehingga lama-kelamaan akan terurai menjadi unsure-unsur penyusunnya. Sehingga berujung pada klorosis.
Telah dikatakan dimuka bahwa klorosis adalah suatu kelainan disebabkan kekurangan klorofil. Klorofil berfungsi sebagai pigmen penangkap cahaya untuk fotosisntesis. Fotosintesis dilakukan untuk menghasilkan karbohidrat , dalam hal ini berarti penyediaan makanan. Makanan akan digunakan untuk penyediaan energy melalui respirasi. Energy yang dihasilkan akan digunakan tumbuhan untuk melangsungkan hidup dan melakukan berbagai reaksi serta untuk aktivitas tumbuhan. Sehingga apabila klorofil kurang (artinya klorosis), maka semua proses tersebut, dari penghasilan makanan  dan energy tidak berjalan. Dan akhirnya sel akan mengalami kematian. Kematian sel ini akan diikuti kematian  sel-sel di sekitarnya. Apabila klorosis ini tidak segera ditangani, maka semua selnya akan mengalami kematian jaringan atau nekrotik. Dan akhirnya tumbuhan mengalami kematian.
Gambar. 3. Contoh tanaman (jagung) yang terjadi klorosis


d. Perubahan simetri : Hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
e. Roset : Hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.

 
III. PENUTUP
A.   Kesimpulan
Penyakit tumbuhan adalah suatu rangkaian proses fisiologis yang merugikan, yang disebabkan oleh rangsangan terus menerus pada tumbuhan oleh suatu penyebab primer. Hal ini ditunjukkan lewat aktivitas sel sakit dan dinyatakan dalam keadaan morfologi dan histologi yang disebut gejala. Gejala ( Symptom ) : Perubahan yang ditunjukan oleh tanaman akibat adanya penyebab penyakit.
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dibagi menjadi 3 yaitu: Tipe Nekrotis (matinya sel atau rusaknya sel tumbuhan), Tipe Hipoplastis (Tehambatnya atau terhentinya perkembangan sel), Tipe Hiperpalastis (perkembangan sel yang luar biasa).
Gejala Penyakit Tumbuhan Tipe Hipoplastis: Terjadinya kekerdilan ini sebagai akibat adanya penghambatan daIam pertumbuhan. Seluruh tanaman atau hanya terbatas pada bagian tertentu saja dapat menunjukkan gejala kerdil.
  • Etiolasi merupakan tanaman kurang mendapatkan cahaya,sehingga menjadi pucat,tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit.
  • Kerdil(atrofi)merupakan ukuran tanaman menjadi lebih kecil dari pada biasanya yang disebabkan terjadinya hambatan pertumbuhantanaman.
  • Klorosis merupakan penghambatan pembentukan klorofil,sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat.berdasarkan polanya klorosis di bedakan menjadi 3 yaitu:mozaik,vein banding,vein clearing.
  • Perubahan simetri merupakan hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai hambatan pada bagian di depannya sehingga menyebabkan terjafinya penyimpangan bentuk.
  • Roset merupakan gejala yang berdesak-desakan membentuk suatu karangan.penyebabnya adalah hambatan pertumbuahan ruas-ruas(iternodia)batang tetapi pembentukan daun-daun tidak terhambat.
B.   Saran
Dalam budidaya tanaman haruslah diperhatikan dalam teknik menanam, memberi pupuk serta pencegahan dalam fase tanaman tumbuh agar tidak terserang penyakit yang dapat merugikan petani itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
http://yayat-sosek.blogspot.com/2012/04/laporan-perlindungan-tanaman-mengenal.html
http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-3.htm
http://agrimaniax.blogspot.com/2010/05/penyakit-tanaman.html
http://wahidpriyono.blogspot.com/2011/05/klorosis-pada-daun-ditinjau-dari-aspek.html
Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PENGENALAN FILUM-FILUM HAMA DAN MORFOLOGI SERANGGA

Dasar Teori
Hama adalah organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berupa hewan atau binatang yang menyerang tanaman pertanian. Menurut Borror (1970), dunia binatang digolongkan menjadi 14 filum. Dari filum – filum tersebut yang anggotanya banyak berperan sebagai hama tanaman adlah dari filum Nemathelminthes, Mollusca, Arthropoda, dan Chordata. Salah satu anggota filum Arthropoda yang mempunyai anggota terbanyak adalah kelas Insekta.(serangga). Oleh karena itu, penekanan pembahasan tentang hama hanya dilakukan pada kelas serangga, di samping tiga filum lainnya. Namun demikian perlu diketahui bahwa tidak semua serangga berperan sebagai  hama. Sebagian serangga yang berperan positif bagi manusia, yaitu sebagai serangga musuh alami, penyerbuk, penghasil madu, penghasil bahan pakaian dan sebagainya.

Tujuan
  1. Mempelajari dan mengetahui filum –filum dari dunia binatang yang berperan sebagai hama.
  2. Mengetahui serangga secara morfologi.

Filum Nemathelminthes
Anggota filum ini yang berperan sebagai hama adalah anggota kelas nematoda. Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk silindris memanjang, bilateral simetris dan tidak bersegmen. Lapisan terluar berupa kutikula yang lenturdan transparan berfungsi sebagai pelindung dan memudahkan bergerak. Kelas nematoda tidak semuanya berperan  sebagai hama, sebab nematoda ada yang bersifat parasitik dan non parasitik. Pada nematoda parasitik disebelah anteriornya terdapat stylet yang berfungsi untuk menusuk dan melukai jaringan tanaman, sedangkan nematoda non parasitik (saprofag) tidak mempunyai stylet.

Filum Molusca
Molusca atau binatang lunak ada yang mempunyai cangkang, ada pula yang tidak mempunyai cangkang. Achatina fullica atau bekicot adalah salah satu anggota molusca yang termasuk kelas Gastropoda (gastron = perut; poda = kaki) yang banyak dijumpai menyerang tanaman.
Bekicot mempunyai dua pasang sungut yaitu sepasang sungut anterior yang berperan sebagai alat peraba, dan sepasang sungut posterior yang berperan sebagai mata. Dibawah sungut anterior terdapat mulut yang mempunyai gigi parut yang disebut radula.
Filum Arthropoda
Ciri - ciri filum Arthropoda adalah tubuh dan kaki beruas – ruas, tubuh terbagi dua atau tiga bagian, alat tambahan beruas – ruas,dan berpasangan , dinding tubuh sebelah luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas dan diperbaharui kembali. Filum ini yang berperan sebagai hama adalah dari kelas Insekta dan Arachnida.

Tabel 1. Perbedaan anggota tubuh antara Insekta dan Arachnida
Metamorfose
Stadia hidup
Ametabola / ametamorfosis
Telur
Muda

Dewasa / imago
Hemimetabol/sederhana
Telur
Nimfa

Dewasa
Holometabola/sempurna
Telur
Larva
Pupa/kepompong
dewasa

Filum Chordata
Anggota filum ini yang berperan sebagai hama adalah kelas Mamalia. Beberapa anggotanya yang penting adalah kera, babi hutan, beruang, musang dan binatang pengerat. Binatang pengerat (ordo Rodentia) merupakan hama yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman pertanian.
  1. Pengenalan Filum – Filum Hama
Bahan
  1. Spesimen Nematoda parasitik dan non parasitik
  2. Spesimen Achatina fullica
  3. Spesimen Valanga nigricornis
  4. Spesimen Tetranicus birnaculatus
  5. Spesimen Mus ratus diardi

Alat
Mikroskop dan bak plastic.

Cara Kerja
  1. Untuk preparat filum Nemathelminthes amatilah di bawah mikroskop bentuk tubuh nematoda parasit. Usahakan untuk dapat melihat styletnya. Gambarlah bentuk tubuh nematoda tersebut. Sebagai catatan, nematoda mempunyai bentuk tubuh (pose tubuh) yang bermacam – macam tergantung jenisnya.
  2. Untuk preparat filum Arthropoda , amatilah: Kelas Arachnida (tungau), hitunglah jumlah kaki nya, serta perhatikan pembagian daerah tubuhnya. Kelas Insekta, hitunglah jumlah kakinya, serta perhatikan pembagian daerah tubuhnya.
  3. Buatlah perbandingan antara kedua kelas anggota Arthopoda ini. Gambar masing-masing tungau dan serangga.
  4. Untuk preparat filum Molusca , amatilah jumlah sungut siput. Sungut siput berjumlah dua pasang. Sepasang sungut anterior digunakan sebagai peraba dan sepasang sungut posterior yang digunakan untuk melihat. Amati pula kaki perut dan gerakannya. Gambarlah preparat siput.
  5. Untuk preparat filum Chordata amatilah preparat tikus atau tupai atau landak. Perhatikan telapak kaki, gigi pengerat dan ekornya. Gambarlah preparat ini dengan jelas.

  1. Mengetahui Morfologi Serangga
Bahan
  1. Belalang kayu
  2. Kepala belalang kayu untuk melihat antena, mata  majemuk dan perangkat alat mulut
  3. Toraks belalang kayu untuk melihat jumlah ruas, sayap dan kaki.
  4. Abdomen belalang kayu utuk melihat perangkat alat kelamin dan spirakel.

Cara Kerja
  1. Mengamati tubuh serangga secara lengkap. Mendeskripsikan dengan teliti, daerah kepala, thoraks, dan abdomen.
  2. Memperhatikan dengan teliti daerah kepala.
  3. Memperhatikan secara seksama daerah toraks.
  4. Memperhatikan dengan seksama daerah abdomen.

Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan filum kelas nemathelminthes, dan arthropoda diamati lewat beberapa contoh binatang yang sudah diawetkan, sedangkan filum kelas mollusca dan chordata tidak karena tidak tersedia pada saat praktikum maka dari itu dua kelas filum tersebut tidak diamati.
Untuk fillum nemathelminthes diwakili oleh kelas nematoda, binatang yang diamati adalah cacing. Namun pada praktikum ini tidak digunakan cacing yang terdapat pada tanaman yang sebagai hama melainkan menggunakan cacing biasa yang hidup ditanah namun dari pengamatan tersebut dapat mengetahui struktur tubuh dari cacing yang tidak berbeda jauh dari cacing yang terdapat pada tumbuhan sebagai hama, hanya saja cacing yang terdapat pada tumbuhan sebagai hama memiliki tanduk (stylet) di kepala nya (caput).
Untuk filum arthropoda diwakili oleh insekta, yaitu: Lebah, Capung, Kunang-kunang, Kepik dan Kumbang.
Pada pengamatan ini tiap kelas filum digambar yang telah diwakilkan telah digambar dan diberi keterangan dalam pembagian tubuhnya.

Kesimpulan
            Pada praktikum ini filum arthropoda yang mempunyai anggota terbanyak adalah kelas insekta (serangga). Morfologi serangga jika dilihat tubuhnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (toraks), dan badan (abdomen). Sedangkan filum nemathelminthes dapat dilihat cirinya memiliki stylet pada caput nya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si dan S. F. Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “ Memahami Teori Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman Melalui Praktikum ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2008.
http://upikke.staff.ipb.ac.id/files/2010/12/Pengenalan-arthropoda-dan-biologi-serangga.pdf
http://www.bangfad.com/sastra/macam-macam-jenis-hama-tanaman-dan-cara-pengendalian.html
http://ilmuserangga.files.wordpress.com/2011/02/petunjuk-praktikum-diht-2011.pdf

Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PENGENALAN ORDO dan PERTUMBUHAN SERANGGA

Dasar teori
Terdapat berbagai serangga yang berperan sebagai hama. Sebagian besar adalah pemakan tumbuhan (herbivore atau fitofagus). Sementara sebagian binatang yang lain berperan sebagai peminum darah organisme lain seperti burung, menyusui dan manusia. Selain dapat menyebabkan kerusakan yang bersifat langsung, beberapa jenis serangga menularkan penyakit tertentu pada tanaman, binatang dan manusia. Pada praktikum ini hanya akan dibahas 10 ordo serangga atau kelas Insekta yang berkaitan erat dengan perannya sebagai hama tanaman dan musuh alami hama.
Tujuan
  1. Mengetahui ordo dan tipe metamorfosis serangga
  2. Memahami hubungan tipe alat mulut dan tanda serangan pada tanaman.

Ordo Coleoptera
Anggota coleoptera dikenal dengan nama kumbang. Ordo ini beranggota paling banyak dibandingkan dengan odo – ordo lain dalam kelas serangga. Dalam ekosistem pertanian, peranannya meliputi hama, pemangsa, dan parasitoid. Ciri khusus coleoptera terletak pada sayap depannya yang mengeras dan patah apabila ditekuk. Sayap ini lebih mirip perisai (elitra). Elitra digunakan sebagai pelidung sayap belakang yang lebih lebar dan digunakan sebagai alat terbang. Alat mulut coleoptera dewasa dan larva bertipe pengunyah dan metamorfosisnya sempurna.

Ordo Orthoptera
Ordo ini meliputi belalang, jangkrik, kecoa dan anjing tanah (orong – orong). Hampir semua ordo ini berperan sebagai hama. Namun salah satu familinya yaitu Mantidae berperan sebagai pemangsa. Ciri khusus pada ordo ini adalah sayap depannya yang mengeras yang disebut tegmina. Orthoptera mempunyai alat mulut yang bertipe pengunyah dengan metamorfosis sederhana.

Ordo Isoptera
Anggota ordo ini disebut rayap atau laron (yang bersayap). Rayap hidup berkoloni dan terbagi menjadi kasta-kasta sosial. Laron mempunyai dua pasang sayap yang sama bentuk dan ukurannya., dan bertipe pengigit dan pengunyah. Metamorfosis isoptera adalah sederhana. Rayap merupakan hama penting yang merusak akar tanaman. Keistimewaan ordo ini adalah dapat mengkonsumsi kayu karena di dalam ususnya terdapat protozoa pemecah kayu.

Ordo Homoptera
Ordo ini meliputi wereng, tonggeret, dan kutu – kutuan. Anggota ordo ini semuanya berperan sebagai hama tanaman. Sama dengan hemiptera , tipe alat mulutnya pencucuk penghisap. Metamorfosis sederhana. Kedua pasang sayap homoptera bertipe membranus dan bertekstur sama.

Ordo Hemiptera
Ordo ini meliputi kepik dan kepinding. Sebagian besar anggotanya berperan sebagai hama, walaupun beberapa diantaranya berpera sebagai pemangsa dan pengisap darah. Ciri khusus heiptera terleta pada sayap depannya yang terbagi menjadi dua daerah yaitu bagian pangkal yang menebal dan bagian ujung yang bersifat membranus (hemelitra). Hemiptera mempunyai  alat mulut bertipe pencucuk pengisap dan metamorfosisnya sederhana.

Ordo Lepidoptera
Anggotanya sering disebut kupu – kupu dan ngengat. Kupu – kupu sering dijumpai aktif pad siang hari sedangkan ngengat lebih sering dijumpai pada malam hari. Larva kupu –kupu dan ngengat sering disebut dengan ulat dan merupakan hama yang paling sering menimbulkan kerusakan. Sayap Lepidoptera dua pasang dan dicirikan dengan adanya sisik (scale) yang merupakan penyusun warna – warna indah pada sayapnya. Sisik ini akan terlepas apabila tersentuh sehingga warnanya akan menghilang. Alat mulut dewasa bersifat penghisap dan berbentuk belalai yang sering disebut dengan proboscis. Sementara alat mulut ulat bertipe pengunyah dengan metamorfosis Lepidoptera tergolong sempurna.

Ordo Thysanoptera
Ordo ini sering diistilahkan dengan trips. Bentuk tubuhnya ramping panjang dan biasanya berwarna hitam mengkilat. Trips mempunyai cirri khusus berupa sayap yang sempit dan berumbai – umbai pada pinggirnya. Tipe alat mulut thysanoptera adalah pencucuk pengisap (lebih tepatnya pemarut), dan metamorfosisnya sederhana.

Ordo Odonata
Ordo ini mempunyai anggota yang sering disebut dengan nama capung. Semua anggota odonata berperan sebagai pemangsa serangga lain, baik serangga dewasa maupun nimfanya yang hidup di dalam air. Kepala capung relatif besar dan sebagian besar dipenuhi oleh mata majemuk yang besar. Antenanya kecil pendek. Sayapnya dua pasang dan bervena banyak. Abdomennya ramping dan mudah ditekuk. Kaki - kakinya termodifikasi menjadi alat penangkap mangsa. Alat mulutnya bertipe pengunyah dengan metamorfosis sederhana.

Ordo Diptera
Ordo ini meliputi lalat dan nyamuk. Namun demikian ada beberapa famili anggota ordo diptera yang berperan sebagai pemangsa dan parasitoid. Sayap diptera dua pasang sayap belakang mereduksi berubah bentuk menjadi halter sebagai alat keseimbangan. Alat mulut diptera ada yang bertipe penjilat dan pencucuk pengisap. Metamorfosis diptera bersifat sempurna.

Ordo Hymenoptera
Anggotanya meliputi  lebah tawon dan semut. Hymenoptera mempunyai anggota yang paling penting bagi manusia. Sebagian besar berperan sebagai pemangsa, sebagian lagi berperan sebagai parasitoid. Banyak pula anggota hymenoptera yang berperan sebagai penyerbuk dan penghasil madu. Beberapa famili mempunyai alat mulut bertipe pengunyah, namun pada bentuk yang lebih modern , labium dan maksila berkembang menjadi alat pengisap dan metamorfosisnya sempurna.


Hasil dan Pembahasan
Serangga memiliki mulut yang khas, satu jenis serangga memiliki perbedaan jenis mulut dengan jenis serangga yang lainnya. Mulut serangga tersebut sesuai dengan makanan serangga. Bagian mulut terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum), serta bibir bawah (labium). Tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Caput merupakan sebuah konstruksi yang padat dan keras dan terdapat beberapa ruas yang menurut teori evolusi caput tersebut terdiri dari empat ruas yang mengalami penyatuan. Torak terdiri dari tiga ruas yang jelas terlihat, sedangkan abdomen terdiri dari lebih kurang 9 ruas.
Bentuk Umum Serangga
Caput merupakan kepala serangga yang berfungsi sebagai tempat melekatnya antena, mata majemuk, mata oseli, dan alat mulut. Berdasarkan posisinya kepala serangga dibagi menjadi tiga, yaitu hypognathous, prognathous, dan ephistognathous. Hypognathous apabila alat mulutnya menghadap ke bawah, contoh serangganya adalah belalang Acrididae; prognathous apabila alat mulutnya menghadap ke depan, contoh serangganya adalah kumbang Carabidae; dan ephistognathous apabila alat mulutnya menghadap ke belakang, contoh serangga adalah semua serangga ordo Hemiptera.
Thorax merupakan terdiri atas 3 segmen yaitu yaitu prothorax, mesothorax dan methathorax. Thorax merupakan pusat gerakan serangga. Thorax dilengkapi dengan :
  • Kaki : 3 pasang, tiap segmen satu pasang. Fungsi utama untuk berjalan, tetapi seringkali kaki disesuaikan dengan fungsi yang lain : melompat, menggali, memegang mangsa dsb.
  • Sayap : kebanyakkan serangga dewasa mempunyai sayap, tidak pernah lebih dari dua pasang pada segmen yang ketiga. Larva belum mempunyai sayap. Fungsi untuk terbang, tetapi kalau keras juga untuk melindungi tubuh serangga.

Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen serangga terdiri dari beberapa ruas, rata-rata 9-10 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral disebut sternit.

Kaki serangga dewasa berjumlah tiga pasang, sedangkan pada fase pradewasa jumlah kakinya sangat bervariasi tergantung spesiesnya. Secara umum kaki serangga terdiri dari beberapa ruas yaitu trochantin, coxa, trochanter, femur, tibia, tarsus, pretarsus, dan claw. Bentuk kaki serangga dewasa juga sangat bervariasi berdasarkan pada fungsinya. Kaki yang digunakan untuk meloncat disebut saltatorial, menggali disebut fosorial, berlari disebut kursorial, berjalan disebut gresorial, menangkap mangsa disebut raptorial, dan berenang disebut natatorial.

Antena serangga berjumlah dua atau sepasang, berupa alat tambahan yang beruas-ruas dan berpori yang berfungsi sebagai alat sensor. Bagian-bagian antena adalah antenifer, soket, scape, pedicel, meriston, dan flagelum. Bentuk antena serangga sangat bervariasi berdasarkan jenis dan stadiumnya.

Mata serangga terdiri dari dua macam yaitu mata majemuk dan mata oseli. Mata majemuk berfungsi sebagai pendeteksi warna dan bentuk, sedangkan mata oseli atau biasa disebut mata tunggal berfungsi sebagai pendeteksi intensitas cahaya. Mata majemuk terdiri dari beberapa ommatidia dan mata tunggal terdiri dari satu.

Sayap serangga terdiri dari dua atau satu pasang. Serangga bersayap pada fase dewasa dan pradewasa. Sayap serangga secara umum berupa lembaran yang bervena berfungsi untuk terbang. Sayap serangga bentuknya sangat bervariasi, oleh karena itu entomologist memilahkan bentuk-bentuk sayap ini sebagai dasar untuk menentukan ordo. Sayap depan kumbang sangat tebal dan kuat yang digunakan sebagai pelindung tubuhnya disebut elytra; sayap depan kepik yang separuh bagian basal tebal disebut corium dan selebihnya membran, sayap depan kepik ini disebut hemelytra; sayap depan kecoa disebut tegmina; dan sayap belakang lalat yang disebut halter berukuran sangat kecil berujung membulat berfungsi sebagai alat penyeimbang ketika terbang.

Kesimpulan
            Pada praktikum ini dapat kita ketahui serangga merupakan hama sebagai hama bila itu merusak tanaman namun banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis)

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si dan S. F. Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “ Memahami Teori Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman Melalui Praktikum ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2008.
fuadnurdiansyah.files.wordpress.com/2011/06/dpt-hama1.pdf
http://usupress.usu.ac.id/files/Serangga%20Berguna%20Pertanian_Final_Normal_bab%201.pdf
http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/macam-macam-jenis-hama-tanaman-dan-cara.html
Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MELIHAT STRUKTUR JAMUR ASPERGILLUS dan PENICILLUM

Dasar Teori
Kapang membentuk miselium dan berbagai bentuk spora. Kelompok kapang dipilahkan berdasarkan spora seksualnya: sebagai contoh Ascomycetes membentuk spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus sedangkan Basidiomycetes membentuk spora seksual dalam basidium.
Selain bentuk spora seksual, morfologi dan penataan spora aseksual juga membantu dalam identifikasi kapang. Morfologi dan penataan spora seksual berperan dalam identifikasi kapang. Deuteuromycetes atau fungi imperfecti, karena kelompok ini tidak memiliki spora seksual. Kapang yang tergolong genus Penicillium dan Aspergillus diklasifikasikan sebagai Deuteuromycetes meskipun tingkat pembentukan askosporanya telah ditemukan pada beberapa species.
Aspergillus
Aspergillus tersebar luas di alam, dan kebanyakan spesies ini sering menyebabkan kerusakan makanan, tetapi beberapa spesies bahkan digunakan dalam fermentasi makanan. Kapang ini sering digolongkan dalam Ascomycetes karena membentuk spora seksual yaitu askospora, dan diberi nama Eurotium untuk tahap seksualnya.

Ciri ciri Aspergillus adalah sebagai berikut:
  1. Hifa septat dan misellium bercabang, biasanya tidak berwarna.
  2. Koloni kompak.
  3. Konidiofora septat atau nonseptat, muncul dari “foot cell” (yaitu sel miselium yang membengkak dan berdinding tebal).
  4. Konidiofora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata dimana tumbuh konidia.
  5. Sterigmata atau fialida biasanya sederhana, berwarna atau tidak berwarna.
  6. Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam.
  7. Beberapa species tumbuh baik pada suhu 370c atau lebih.

Penicillium
Kapang Penicilium banyak tersebar di alam dan penting dalam mikrobiologi pangan. Penicillium dikenal dalam industri untuk memproduksi antibiotik, isalnya penicillin. Penicillium dibedakan atas beberapa group besar berdasarkan percabangan dari kepala yang membawa spora yang disebut penisili (berarti sikat kecil).

Ciri – ciri spesifik Penicillium adalah sebagai berikut:
  1. Hifa septat, misellium bercabang, biasanya tidak berwarna.
  2. Konidiofora septat dan muncul diatas permukaan, berasal dari hifa di bawah permukaan, bercabang, atau tidak bercabang.
  3. Kepala membawa spora seperti sapu, dengan sterigmata atau fialida dalam kelompok
  4. Konidia membentuk rantai karena muncul satu per satu dari sterigmata.
  5. Konidia pada waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kebiruan atau kecoklatan.

Tujuan
  1. Mengenal struktur jamur  Aspergillus dan Penicillium.
  2. Mempelajari bagian –bagian dari jamur Aspergillus dan Penicillium.
  3. Mempelajari sistem reproduksi dari Aspergillus dan Penicillium.

Bahan dan alat
Bahan
  1. Alkohol 90%
  2. Aquades
  3. Kultur Aspergillus dan kultur Penicillium
Alat
  1. Mikroskop,
  2. Kaca preparat dan penutupnya,
  3. Jarum ose,
  4. Lampu bunsen,
  5. Tisu,
  6. Gelas kimia,
  7. Pipet tetes.


HASIL dan PEMBAHASAN
          Sebelum melakukan praktikum praktikan diwajibkan mensterilkan tangan dan ruangan agar supaya cendawan yang ingin di amati tidak terkontaminasi oleh bakteri dari luar. Alat – alat yang digunakan untuk praktikum juga harus disterilkan terlebih dahulu. Cara mensterilkan kaca preparat adalah dengan diteteskannya alkohol 90%, lalu dielap dengan tisu hingga mengering. Tujuan dari sterilisasi alat tersebut agar pada saat pengambilan jamur dan ditaruh di kaca preparat jamur tidak mati agar bias diamati.

Kesimpulan
            Dapat disimpulkan dari praktikum kali ini bahwa struktur jamur aspergillus adalah tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler. Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak). Reproduksi:
  • Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
  • Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora.
Contoh spesies:
Sacharomyces cerevisae: sehari-hari dikenal sebagai ragi.
  • Berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol.
  • Mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi.


DAFTAR PUSTAKA

Ir. Wayan Rawiniwati. MSi, dan S. F. Nurul Qomariyah, SP. MSi, “ Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta,      2006 / 2007.
lucassebastian.files.wordpress.com/2011/02/jamur.ppt
http://masrurenstein.blogspot.com/2009/05/mikrobiologi-umum.html
http://norrapissa.blogspot.com/

Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PEWARNAAN GRAM

Dasar Teori
Mikroorganisme sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengabsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya. Zar warna mengabsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan.
Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial.Pewarnaan gram merupakan contoh gram negatip. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan Zeihl Neelsen yang memilahkan bakteri menjadi kelompok tahan asam dan tidak tahan asam. Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa atau asam. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan zat warna yang mempunyai muatan negatip. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatip banyak ditemukan pada dinding sel, membrane sel dan sitoplasma sewaktu proses pewarnaan. Muatan positip pada zat warna basa akan berikatan dengan muatan negatip dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih kelihatan jelas. Zat warna yang bermuatan negatip lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positip. Sebaliknya padsa pewarnaan negatip latar belakang disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tidak berwarna.
Tujuan :
  1. Untuk mengetahui cara pewarnaan pada bakteri
  2. Untuk mengetahui apakah bakteri yang diberi pewarnaan bereaksi positip atau negatif.

Bahan dan Alat :
Alat – alat inokulasi, lampu, penjepit, kaca obyek, kaca penutup, beberapa jenis biakan bakteri.

Fiksasi Preparat
Untuk pengamatan morfologi sel mikroorganisme, maka seringkali telah pembuatan preparat alas dilakukan, fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat di atas api atau meredamnya dalam methanol.

Tujuan Fiksasi untuk :
  1. Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai.
  2. Melekatkan bakteri pada gelas obyek.
  3. Mematikan bakteri.


Cara Kerja :
  1. Beri larutan zat warna. Larutan zat warna yang diberikan adalah larutan biru metilen atau larutan karbol fuksin basa.
  2. Biarkan zat warna selama 30 detik.
  3. Cuci dan keringkan hati – hati dengan kertas saring
  4. Periksa dengan mikroskop 100 kali perbesaran.
  5. Bila preparat ulas dan teknik pewarnaan dilakukan dengan benar, maka mikroorganisme berwarna biru dengan larutan biru metilen dan berwarna merah dengan larutan karbol fuksin basa.
 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah bahwa diketahui bakteri sulit ditemukan. Oleh sebab itu dilakukan pewarnaan gram agar bakteri atau mikroorganisme dapat terlihat dengan jelas, tujuan pengamatan ini adalah sebagai latar belakang dari bakteri tersebut, agar bakteri tersebut dapat terlihat dengan jelas pada pengamatan dibawah mikroskop. Selain itu agar bakteri dapat menempel pada kaca preparat. Zat yang digunakan untuk mewarnai bakteri tersebut adalah  metilenred.
Cara pengamatan bakteri pada pewarnaan gram ini adalah mengambil bakteri  yang didapat dari air comberan depan laboratorium bamboo kuning dan di kolam ikan pendopo. Pewarnaan ini dilakukan dengan mengambil setetes larutan sample dengan bantuan pipet tetes dan meletakkannya diatas kaca preparat. Dan masukkan juga atau teteskan juga merah metil diatas preparat tersebut dan dicampur menjadi satu, kemudian dikering anginkan selama ± 30 detik atau dipanaskan diatas lampu bunsen hingga terlihat menyatu antara tetesan bakteri dan zat warna tersebut usahakan saat pemanasan kaca preparat digerak-gerakkan agar bakteri tersebut tidak mati akibat pemanasan tersebut.
Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop, dengan mudah dapat diamati bentuk dan warna sel bakterinya. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian zat warna menimbulkan warna pada sel bakteri dan di sekitar sel bakterinya. Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positif, sedangkan pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan di sekitar sel bakterinya disebut pewarnaan negatif. Sel bakteri yang diamati menghasilkan pewarnaan negative karena lingkungannya yang berwarna sedangkan bakteri tanpa warna

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pewarnaan bakteri dapat dilakukan dengan cara meletakkan sample bakteri pada kaca preparat, kemudian dikeringkan di atas lampu spritus. Setelah itu ditetesi zat warna merah metilen sampai menutupi bagian permukaan sample bakterinya. Lalu dikeringkan kurang lebih 30 detik, lalu diteteskan aquades satu tetes.Setelah diteteskan aquades, kemudian Lalu dikeringkan kurang lebih 30 detik. Dengan demikian dapatlah diamati di bawah mikroskop. Hasil pengamatan menunjukkan terjadi pewarnaan gram negatif. Pewarnaan gram negatif yaitu jika zat warna yang timbil berada di sekitar lingkungan bakteri yang diamati.



DAFTAR PUSTAKA
Ir. Wayan Rawiniwati M.Si dan S.F. Nurul Qomariyah, SP. M.Si, Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
 http://mikologi.com/
http://fpk.unair.ac.id/webo/doc/Pewarnaan%20gram.doc
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31250

[Diakses pada tanggal 05 Mei 2012]
Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS