Dasar Teori :
Usaha pengendalian populasi hama di lapangan menggunakan beberapa teknik, yaitu secara fisik, mekanis, kultur teknis, kimia dan pengelolaan hama secara terpadu. Pengendalian secara biologis biasanya dengan menggunakan musuh alami dari hama yang banyak terdapat di alam. Pada system pertanian organic semua bentuk bahan agrokimia tidak digunakan sama sekali, sehingga petani akan menggunakan bermacam – macam cara baik langsung maupun tidak langsung untuk melindungi tanamannya dari serangan hama dan penyakit. Faktor yang cukup penting dari metode tradisional perlindungan tanaman adalah memanfaatkan perilaku hama, dengan demikian perkembangannya dapat di hambat, dan mengurangi kemungkinan hama menyerang tanaman utama. Perlindungan selnjutnya dengan memanfaatkan peranan musuh alami.
Musuh alami adalah organisme hidup yang memangsa atau menumpang dalam atau pada hama dan dianggap sebagai musuh dari hama yang terdapat di alam. Musuh alami dibedakan menjadi tiga golongan :
- Predator
- Parasitoid
- Patogen
Predator atau pemangsa adalah binatang yang memangsa hama, contohnya dari golongan mamalia, reptilian, Aves, Mollusca, dan Insekta. Parasitoid adalah serangga ( binatang ) yang hidup menumpang pada atau di dalam tuuh hama dan mengisap cairan tubuh tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, contohnya dari ordo Hymenoptera dan Diptera. Patogen atau penyakit serangga adalah mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada hama, contohnya adalah bakteri jamur, virus, ricketsia, protozoa dan nematoda.
Tujuan :
Mengetahui musuh alami yang berperan dalam menekan populasi hama di lapangan
Bahan :
- Spesimen ordo Coleoptera
- Spesimen ordo Diptera
- Spesimen ordo Hymenoptera
- Spesimen ordo Heminoptera
- Spesimen Jamur
- Spesimen Bakteri
Alat :
- Mikroskop
- Slide proyektor
Cara Kerja :
- Gambarlah specimen yang tersedia secara lengkap dan perhatikan cirri – cirinya.
- Berikan keterangan singkat pada gambar, khususnya dalam kaitannya dengan peranannya sebagai parasit, predator, atau pathogen.
Hasil dan Pembahasan
Pengendalian hama secara biologis dengan menggunakan musuh alami ialah : pengendalian hama dengan menggunakan organisme hidup yang bertindak sebagai predator, parasit maupun patogen hama. Beberapa jenis musuh alami yaitu :
- Ordo Coleoptera
Kumbang kubah
- Micraspis crocea Mulsant.
Bentuk kumbang seperti kubah, berwarna cerah kemerahan, aktif sepanjang hari, sering berkeliaran dibagian tajuk tanaman padi. Bentuk larva memanjang dengan warna ungu. Imago dan larva aktif memakan telur dan larva kecil wereng batang.\
2. Harmonia octamaculata atau Coccinella ercuaa F.
Kumbang bersayap khas. Masing – masing sayap depan memiliki lima bercak hitam, yaitu dua bercak bulat terdapat pada bagian tengah sayap, satu bercak panjang agak melengkung terdapat pada bagian ujung sayap, dua bercak sayap terdapat pada pangkal sayap. Mangsanya antara lain adalah wereng, macam – macam aphis, dan tungau.
- Menochilus sexmaculata ( Fabricius ) atau Chilomenes sexmaculata F.
Kumbang ini berwarna merah dengan tiga garis hitam berlekuk pada setiap sayap depannya. Kumbang betina bertelur sampai 3000 butir dan dapat hidup sampai 60 hari. Kemampuan memangsa amat tinggi, yaitu sampai 200 atau 400 butir telur mangsa setiap hari. Mangsanya adalah binatang yang bergerak lamban, seperti wereng, aphis, dan macam – macam tungau. Bila diganggu, kumbang ini akan menjatuhkan diri atau terbang. Daur hidup 1 – 2 minggu.
Kumbang tanah ( Ophionea nigrofasciata ).
Imago berwarna coklat kemerahan dengan warna hitam melintang pada sayap depannya yang divariasikan dengan bintik - bintik putih. Warna kepala kehitaman, kumbang ini lincah dan aktip mencari larva penggulung daun pada tajuk daun padi. Kumbang tanah sering ditemukan pada rongga lipatan daun yang dibuat larva penggulung daun. Larva kumbang berwarna kehitaman, berkepompong di dalam tanah pematang sawah atau di lahan yang kering. Kemampuan makannya 3 – 5 larva perhari, dengan cirri khas tudung kepala ditinggalkan.
Kumbang Scymnus apicyflavus Mots.
Mangsanya antara lain kutu dompolan putih. Panjang kumbang 1,9 – 2,1 mm, warna hitam kecuali bagian kepala, prothorax dan ujung sayap depan coklat kekuningan. Badan larva tertutup lilin putih sehingga mirip mangsanya. Kumbang ini bisa bertahan hidup sampai 6 bulan dan bertelur 350 butir. Selain makan kutu dompolan putih juga makan aphis akar putih pada tanaman tebu. Pada tanaman nenas kutu sisik Aspidiotus destructor pada tanaman kelapa. Namun kumbang ini sering terganggu oleh semut pemakan kotoran kutu.
Scymnus severini Wse.
Kumbang ini merupakan predator kutu sisik Aspidiotus destructor dan kutu sisik Chrysomphalus ficus pada tanaman kelapa. Kepala, prothorax, dan ujung elitranya berwarna kuning, sedang sisanya berwarna hitam. Badan larva instar I berambut panjang. Pada instar II mulai keluar lilin. Panjang rambut lilin kurang lebih setengah lebar badan, sedang pada kedua ujung depan dan belakang badannya, rambut itu lebih panjang. Pupa berwarna coklat dengan beberapa pita pada punggungnya, dan ditutupi lilin sisa sewaktu masih berbentuk larva. Kumbang betina menyenangi bagian kutu sisik yang berlemak. Telur diletakkan di bawah kutu sisik yang telah kosong. Larva muda amat aktif dan rakus mengisap kutu sisik muda. Perkembangan dari telur sampai dewasa 18 hari.
Kunang – kunang Lamprophorus tenebrosusu Walker
Bagian perut kunang – kunang mengeluarkan sinar. Organ bersinar tersusun dari sel mengandung lemak yang memiliki banyak urat saraf dan kapiler tracheae yang bisa mengadakan oksidasi dan pembakaran sehingga menghasilkan sinar. Kumbang betina tetap berbentuk larva sedang jantan terbang pada malam hari dan mengeluarkan sinar berkedip. Serangga ini suka memakan siput atau bekicot.
Kumbang Cryptolaemus montrouzieri Muls.
Mangsa kumbang ini antara lain kutu dompolan putih, kutu hijau, kutu kantung jeruk, dll. Warna kumbang hitam mengkilat dengan prothorax dan ujung elytra berwarna merah. Panjang tubuh 4 – 4,5 mm dan lebar 3 mm. telur 1 – 4 butir diletakkan di bawah kutu dompolan putih dalam pupa yang telah kosong. Dalam waktu 20 hari mampu bertelur sampai 150 butir . Larva yang baru menetas tertutup benang lilin tebal sehingga mirip kutu dompolan putih. Larva makan kutu dompolan putih dan kutu hijau. Bila makanan telah habis, serangga ini akan segera menyebar ke tempat lain. Larva dewasa akan meninggalkan makanannya kemudian menuju celah kulit tanaman untuk berpupa. Kumbang ini mampu hidup sampai 2 bulan.
Kumbang Chilocorus melanophtalmus Muls.
Mangsa kumbang ini antara lain kutu hijau tanaman jeruk, kutu sisik tanaman kelapa, tebu dan singkong. Kumbang berwarna coklat kemerahan dengan panjang 5 mm. Warna larva merah daging sampai kuning dengan duru – duri hitam bercabang. Kumbang betina mampu bertelur sampai 500 butir. Telur diletakkan di bagian bawah daun dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 10 15 butir perkelompok. Perkembangan dari telur sampai dewasa 6 – 7 minggu, sedang kumbangnya bisa bertahan hidup 3 – 5 bulan. Larva kumbang ini amat rakus, dalam satu hari bisa memakan 40 kutu hijau dewasa.
- Ordo Hymenoptera
Musuh alami ordo Hymenoptera umumnya bersifat parasit. Beberapa serangga golongan Hymenoptera yang berfungsi sebagai musuh alami, diantaranya ialah :
Tabuhan Goryphus infera Szep
Tabuhan ini berfungsi sebagai parasit ngengat Artona catoxantha Hamps. Telurnya dimasukkan ke dalam pupa melalui ovipositor. Setelah menetas, larva akan menghabisi isi pupa dalam waktu 4 – 5 hari. Setelah itu, larva berkepompong. Bentuk kpompong oval, berwarna putih dan transparan. Fase kepompong 13 – 18 hari.
Tabuhan Tetrastichus schoenobii Ferrieree
Tabuhan berwarna hijau kebiruan metalik ini berfungsi sebagai parasit telur penggerek batang padi. Ukurannya sangat kecil sehingga sangat sukar dilihat dengan mata telanjang. Tiap ekor tabuhan betina bisa menghasilkan 10 – 60 turunan. Telur diletakkan satu persatu pada setiap telur penggerek batang. Antara 1 – 2 hari kemudin, telur akan menetas di dalam telur penggerek batang. Untuk perkembangan hidup satu tabuhan, minimal diperlikan tiga telur penggerek batang. Siklus hidupnya 10 – 14 hari. Tabuhan ini memparasiti telur dan kepompong penggerek tanaman padi.
Tabuhan Amauromorpha Accepta metachoracica ( Ashmead )
Tabuhan ini berwarna merah hitam dengan pita putih pada ujung abdomennya. Inangnya ialah larva penggerek batang padi putih dan kuning. Satu telur diletakkan pada satu larva inang. Larva tabuhan dewasa kemudian muncul dari inang yang mati untuk berkepompong.
Tabuhan Itoplectis narangae ( Asmead )
Kepala, thorax, dan ujung abdomennya berwarna hitam, sedang kakinya berwarna orange. Tabuhan ini merupakan pemburu soliter, mencari mangsa di bagian atas tajuk daun. Umumnya banyak dijumpai pada habitat padi sawah. Mangsanya adalah larva penggulung daun, ulat jengkal hijau, ulat bulu, dan ulat penggerek batang. Dalam waktu 2 – 3 minggu tabuhan ini bisa bertelur 200 – 400 butir.
Tabuhan Trichomma cnaphalocrosis Uchida
Tabuhan ini berukuran besar dan ramping, warna hitam atau kuning, sedang abdomennya coklat oranye. Panjang opvipositor setengah panjang abdomen. Tabuhan aktif terbang di daerah tajuk tanaman padi, sambil mencari daun yang mengandung larva hama putih palsu. Sasaran penyerangan tabuhan ini adalah larva inang yang tua. Satu telur diletakkan pada setiap larva inang. Larva tabuhan berkembang dan berkepompong di dalam tubuh larva inang.
Tabuhan Stenobracon nicevillei ( Bingham )
Badan tabuhan dewasa berwarna oranye kecoklatan dengan tiga gambar hitam pada etiap sayap depan, dan dua pita hitam pada abdomen. Panjang ovipositor dua kali panjang badan. Tabuhan ini banyak dijumpai di tanah kering. Inangnya adalah larva penggerek batang padi kuning dan merah jambu.
3. Ordo Orthoptera
Belalang Sembah Hymenopus coronatus O1
Belalang ini tidak mudah ditemukan karena tubuhnya tersamar nyaris sempurna dengan tumbuhan yang didiaminya. Kaki depan agak membesar dan dilengkapi dengan duri – duri tajam yang berfungsi mencengkram mangsa. Nimfa muda sering disebut bunga berjalan, berwarna putih, kuning, ungu muda yang warna dan bentuknya mirip bunga. Telur diletakkan pada ranting atau bagian tanaman lain, dan ditutupi dengan busa yang beberapa saat akan mengeras. Nimfa yang muncul bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan. Belalang dewasa lebih sabar menunggu mangsa dengan posisi kaki depan seperti sedang menyembah. Belalang betina setelah kawin, biasanya memakan belalang jantan. Kadang – kadang meskipun masih dalam proses perkawinan, belalang jantan sudah mulai dimakan. Uniknya, belalang jantan masih dapat meneruskan kopulasinya meskipun tanpa kepala. Setelah selesai kopulasi, belalang betina akan menghabiskan seluruh tubuh belalang jantan selain sayap dan kakinya.
Belalang Conocephalus longipennis ( de Haan ).
Belalang ini suka memakan daun dan malai padi, namun sering juga memangsa telur walang sangit, telur penggerek batang, dan nimfa wereng. Dalam satu hari bisa memakan 3 – 4 kelompok telur penggerek batang padi kuning. Bentuk muka miring, antenna amat panjang yaitu lebih dari dua kali panjang badan, dan aktif pada malam hari. Warna nimfa hijau dan tidak bersayap, sedang belalang dewasa kepalanya hijau kekuningan. Pada bagian abdomen, warna kuning semakin tajam, dan opipositornya berbentuk pedang. Belalang dewasa bisa hidup 3 – 4 bulan.
4. Ordo Hemiptera
Kepinding air kecil ( Microvelia douglasi atrolienata Bergroth )
Kepinding ini banyak dijumpai pada petak sawah yang tergenang air. Geraknya cepat dan hidup di atas permukaan air. Kepinding dewasa memiliki punggung lebar, bersayap atau tanpa sayap. Punggung yang bersayap mempunyai gambar hitam dan putih pada leher dan sayap depan. Kepinding ini berukuran kecil dengan tarsi depan satu ruas. Kepinding betina meletakkan telur 20 - 30 butir dalam batang padi di atas permukaan air. Hidupnya bisa 1 – 2 bulan. Mangsanya adalah wereng batang padi dan serangga kecil lunak yang jatuh ke air, satu hari mampu memangsa 4 – 7 wereng.
Anggang – anggang ( Limnogonus fossarum )
Anggang – anggang mempunyai ukuran tubuh cukup besar, berkaki panjang, dan amat lincah. Anggang – anggang dewasa berwarna hitam dengan dua pasang kaki belakang amat panjang. Kaki tengah berfungsi sebagai dayung, dan pada saat istirahat akan dijulurkan ke depan. Anggang – anggang betina meletakkan telur 10 – 30 butir dalam batang padi di atas permukaan air, dan dapat hidup 1 – 1,5 bulan. Mangsanya adalah wereng padi, ngengat, dan larva yang jatuh ke permukaan air, sehari mampu memangsa 5 – 10 ekor.
5. Ordo Odonata
Capung jarum atau Kinjeng Dom ( Agriocnemis pygmaea Rambur )
Abdomen capung ini panjang dan ramping. Pangkal sayap berbentuk seperti batang. Capung dewasa berwarna hijau kekuningan dan hitam. Campung jantan mempunyai warna bervariasi, indah dan mencolok. Abdomen jantan berwarna hijau biru, sedang betina kehijauan. Saat istirahat, sayapnya mengatup di atas tubuh. Nimfa hidup di air, dan bisa memanjat batang tanaman yang tergenang air untuk mencari mangsa. Capung dewasa sering dijumpai di daerah sepanjang aliran air, kolam, rawa, dan di pertanaman. Sasaran mangsa capung umumnya serangga yang sedang terbang, misalnya wereng dan beberapa macam ngengat.
Capung Besar atau Sibar – sibar
Capung ini bertubuh ramping, lincah mempunyai warna indah beraneka ragam, ada yang merah, kuning, biru, kuning belang hitam, atau hijau belang hitam. Gerakannya amat gesit, terbang kesana kemari. Bila ada mangsa lewat, secepat kilat disambarnya. Mangsanya antara lain kupu – kupu, ngengat, dan serangga kecil lainnyayang disergap saat terbang. Kedua pasang sayap transparan, dan dipenuhi alur nadi sayap yang tampak seperti jarring. Capung betina meletakkan telur dengan cara terbang rendah, kemudian sekali – kali memasukkan ujung abdomennya ke dalam air. Nimfanya bersifat aquatic dan disebut “naiad” . Naiad memangsa mahluk air yang berukuran kecil. Keberadaanya sering tidak diketahui karena memiliki nkemiripan dengan lingkungannya. Naiad dewasa akan merangkan ke luar dari dalam air, dan bertengger pada batang tanaman terdekat untuk melepaskan kulit terakhir, kemudian menjadi capung.
6. Ordo Araenida
Laba – laba pemburu atau Laba – laba serigala ( Lycosa pseudoannulata )
Pada punggung laba – laba ini terdapat gambar seperti garpu. Sejak awal tanam, laba – laba pemburu sudah ada di lapangan. Dalam waktu 3 – 4 bulan laba – laba betina mampu bertelur 200 – 400 butir . Dari jumlah tersebut, 60 – 80 telur akan menetas, kemudian naik pada punggung induknya. Laba – laba ini tidak membuat jarring, melainkan memburu langsung mangsanya. Anak lycosa menyerang wereng batang dan nimfa wereng daun, sedang dewasa memakan berbagai jenis serangga, termasuk lalat dan ngengat penggerek. Satu lycos mampu memangsa 5 – 15 ekor perhari.
Laba – laba Bermata tajam ( Oxyopes javanus Thorell ).
Gerakannya amat gesit, terbang kesana kemari. Bila ada mangsa lewat, secepat kilat disambarnya. Mangsanya antara lain kupu – kupu, ngengat, dan serangga kecil lainnyayang disergap saat terbang. Kedua pasang sayap transparan, dan dipenuhi alur nadi sayap yang tampak seperti jarring. Capung betina meletakkan telur dengan cara terbang rendah, kemudian sekali – kali memasukkan ujung abdomennya ke dalam air. Nimfanya bersifat aquatic dan disebut “naiad” . Naiad memangsa mahluk air yang berukuran kecil. Keberadaanya sering tidak diketahui karena memiliki nkemiripan dengan lingkungannya. Naiad dewasa akan merangkan ke luar dari dalam air, dan bertengger pada batang tanaman terdekat untuk melepaskan kulit terakhir, kemudian menjadi capung.
Laba – laba Loncat ( Phidippus sp )
Kedua mata laba – laba ini berukuran besar. Gerakannya tidak secepat laba – laba pemburu. Badannya berambut coklat, telur diletakkan dalam kelompok memanjang, dan ditutupi dengan sutra dalam lipatan daun. Laba – laba betina selalu menjaga telur yang dihasilkan berjumlah 60 – 90 butir. Phidippus dapat hidup 2 – 4 bulan, menyenangi kondisi kering, dan tinggal di daun padi. Laba – laba ini biasanya bersembunyi di dalam lipatan daun sebagai tempat hidup, sekali menunggu mangsa berupa wereng daun dan serangga kecil lainnya. Laba – laba dewasa mampu memangsa 2 – 8 ekor perhari.
Laba – laba bulat ( Argiope catenulate Doleschall )
Laba – laba ini berwarna warni amat jelas dan membuat jala membentuk lingkaran di tajuk daun padi. Dalam waktu 2 – 3 bulan mampu bertelur 600 – 800 butir yang diletakkan di dalam kokon berwarna coklat terang yang tergantung pada jala. Bila hari panas, laba – laba ini berlindung di bawah daun dekat jala. Bila hari mendung, betina menanti mangsa di tengah jala dan yang jantan memperhatikan di dekatnya. Mangsa berukuran besar seperti kupu – kupu dan belalang pun dimakannya. Setiap mangsa yang kena jala segera ditangkap dan diikat dengan benang jala sampai tidak berdaya.
Laba – laba Rahang Panjang ( Tetragnatha maxillosa ).
Laba – laba ini mempunyai kaki dan badan yang panjang. Saat istirahat di daun, kakinya menjulur ke depan dank e belakang. Dalam waktu 1 – 3 bulan mampu bertelur 100 – 200 butir . Telur diletakkan secara berkelompok dan ditutupi bahan semacam sutra putih pada bagian atas batang padi. Pada siang hari beristirahat di dalam tajuk, sedang pagi hari menanti mangsa pada jala. Mangsa yang disukai yaitu kupu – kupu, ngengat, lalat, dan wereng. Mangsa yang menyentuh jala akan segera ditangkap dan diikat dengan benang – benang sutranya. Satu ekor laba – laba mampu memangsa 2 – 3 ekor perhari.
Patogen
Cendawan Metarhizium anisopliae ( Metcnikoff ) Sorokin dan Metarhizium flavoviride Gams and Roszypal.
Cendawan ini menginfeksi wereng, kumbang dan kepinding. Pada kelembaban tinggi, spora akan berkecambah dan tumbuh di dalam badan serangga kemudian mengisap isi badan inang. Setelah inang mati, cendawan terus berkembang hingga tampak warna putih pada sambungan – sambungan badan inang. Bila spora terbentuk, cendawan berubah menjadi hijau gelap ( M. anisopliae ) atau hijau muda (M. Falvoviride). Spora ini bisa menyebar dengan bantuan air atau angina.
Cendawan Beauveria bassiana ( Balsamo ) Vuillemin.
Cendawan ini dapat menyerang wereng batang, wereng daun, penggerek batang, penggulung daun, kepinding padi dan kepinding hitam. Sama seperti Metarrhizium, cendawan inipun memerlukan kelembaban tinggi dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan spora. Penyerangannya dilakukan pada jaringan yang lunak dan cairan tubuh inangnya, kemudian tumbuh keluar dari tubuh inang, dan siap menghasilkan spora berwarna putih seperti kapur.
Cendawan Hirsutella citriformis Speare.
Cendawan ini menyerang wereng batang dan wereng daun padi dengan cara mengisap cairan inangnya, kemudian tumbuh ke luar sebagai benang filament yang panjang dengan warna awal putih kotor, lama – kelamaan akan berubah menjadi kelabu. Filamen tersebut menghasilkan spora untuk berkembang biak.
Cendawan Nomureae rileyi ( Farlow ) Samson.
Cendawan ini menyerang larva penggerek batang, penggulung daun, ulat berambut hijau, ulat grayak, dan ulat putih. Larva yang terserang pada tahap pertama kelihatan putih, dan beberapa hari kemudian spora akan terbentuk sehingga ulat tampak berwarna hijau pucat.
Virus Nuclear Polyhedrosis Viruses ( NPV ).
Virus ini biasanya menyerang ulat grayak dan ulat tanah. Larva terinfeksi karena memakan daun tanaman yang mengandung virus. Bila virus telah menyebar dalam tubuh inang, gerakan inang menjadi lamban dan berhenti makan, kemudian larva menjadi putih, lalu berwarna kegelapan, serta posisi badan seolah – olah menggantung pada daun padi dan bertumpu pada kaki. Badan larva mengeluarkan tetesan cairan yang berisi virus sehingga terjadilah proses penyebaran virus.
Virus Granulosis
Virus ini menyerang larva ngengat dan kupu – kupu setelah larva tersebut memakan inang yang mengandung virus. Gerakan larva yang terserang virus menjadi lamban, dan akhirnya berhenti makan. Setelah 1 – 2 minggu, tubuhnya menjadi keriput, ruas – ruas tampak seperti larva ulat jengkal coklat. Warna larva yang terserang menjadi kuning, jingga dan hitam, kemudian menjadi lunak.
Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa untuk mengendalikan hama dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami. Cara ini merupakan cara yang efektif dan ramah lingkungan. Musuh alami dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :
Predator : Pemangsa binatang (hama).
Parasitoid : Binatang yang menumpang atau berada dalam tubuh inang (hama) dan menghisap cairan tubuh inangnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sampai inangnya mati.
Patogen : Penyakit pada binatang (hama) yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme.
Beberapa serangga yang berfungsi sebagai musuh alami adalah : kumbang, lebah, dll. Khusus untuk patogen yang bertindak sebagai musuh alami adalah mikroorganisme seperti jamur, virus, bakteri, protozoa, dan nematode.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ir. Nonon Saribanon, M.Si dan S. F. Nurul Qomariyah, SP. M.Si, “ Memahami Teori Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman Melalui Praktikum ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2008.
http://muhammadarifindrprof.blogspot.com/2011/02/79-pemanfaatan-musuh-alami-dalam.html
http://hadianiarrahmi.wordpress.com/2010/04/24/musuh-alami-pada-serangga/
[Diakses pada tanggal 05 Mei 2012]
0 comments:
Post a Comment