UJI MIKROBIOLOGI SUSU

Dasar teori
Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai komposisi yang baik sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Susu yang berasal dari sapi yang tidak sehat juga sering terkontaminasi oleh bakteri pathogen. Pasteurisasi yang dilakukan terhadap susu terutama ditunjukkan untuk membunuh bakteri pathogen yang tidak membentuk spora, disamping membunuh sebagai pembusuk.
Susu yang diperah dengan sanitasi yang tidak baik sering terkontaminasi  oleh bakteri kaliform. Tetapi dengan pasteurisasi, bakteri kaliform akan mati. Pengujian mikrobiologi terhadap susu perlu dilakukan untuk mengetahui mutu susu sebelum diolah lebih lanjut, misalnya disterilisasi atau dibuat menjadi produk – produk lain seperti es krim, keju, yogurt, dan sebagainya. Cara yang dilakukan untuk mengetahui mutu mikrobiologi susu, yaitu uji reduksi menggunakan methylen blu.
Methylen blue dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang terdapat di dalam susu. Dalam uji ini ditambahkan sejumlah zat warna methylen blue ke dalam susu kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan warna zat tersebut. Semakin tinggi jumlah bakteri di dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna.
Uji methylen blue didasarkan pada kemampuan bakteri di dalam susu untuk tumbuh dan menggunakan oksigen yang terlarut, sehingga menyebabkan penurunan kekuatan oksidasi – reduksi dari campuran tersebut, akibatnya methylen blue yang ditambahkan akan tereduksi menjadi methylen white. Waktu reduksi yaitu perubahan warna biru menjadi warna putih dianggap selesai jika kira – kira empat perlima bagian dari contoh susu yang terdapat di dalam tabung, yaitu sebanyak 10 ml, telah berwarna putih.


Tujuan
Mengetahui cara pengujian mutu mikrobiologi susu secara sederhana dengan menggunakan methylen blue.

Bahan dan Alat :
  1. Larutan methylen blue thiosianat
  2. Susu sapi murni 2 liter
  3. Tabung reaksi bertutup ulir 10 buah
  4. Pipet steril 10 ml
  5. Termometer
  6. Penangas air
  7. Jam/ penunjuk waktu.

Cara Kerja :
  1. Dimasukkan 1 ml methylen blue ke dalam tabung reaksi yang bertutup ulir.
  2. Ditambahkan ke dalam tabung reaksi tersebut susu sapi murni yang telah mengkocok dan telah dipanaskan dengan suhu 36 oC sebanyak 10 ml.
  3. Dibaliklah tabung reaksi secara perlahan – lahan sebanyak 3 kali ( ingat : jangan dikocok )
  4. Diamati perubahan warnanya setiap setengah jam, dan dicatat waktu reduksi ( methylen blue reduction timel MBRT ) yaitu waktu yang menunjukkan 4/5 bagian contoh susu di dalam tabung berubah warnanya menjadi putih.
  5. Untuk diketahui perkiraan hubungan antara jumlah koloni dengan waktu reduksi serta klasifikasi susu berdasarkan uji methylen blue dapat dilihat berdasarkan table berikut ini :


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Terlampir
Pembahasan
Untuk mengetahui kualitas atau mutu mokrobiologi susu sebelum pengolahan lebih lanjut perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian mutu mikrobiologi dari susu yang akan diolah tersebut. Untuk mengetahui mutu mikrobiologi dari susu tersebut dapat dilakukan dengan uji reduksi yaitu dilakukan dengan penambahan zat warna methylen blue.Dengan penambahan methylen blue ini dapat mengakibatkan perubahan warna susu, artinya semakin lama waktu yang diperlukan untuk terjadinya perubahan warna, maka dapat dikatakan kualitas atau mutu dari susu tersebut semakin baik, dan sebaliknya.
Pengujian dengan methylen blue ini dapat dilakukan dengan cara memanaskan susu sapi murni yang belum diolah sebanyak ± 1 liter sampai mencapai suhu 60 oC, kemudian susu yang dipanaskan tersebut diangkat dari atas penangas air dan mendinginkannya dengan cara membuka penutup dan menunggunya sampai suhunya turun dan menjadi dingin.( hangat ). Selanjutnya, susu tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml setiap tabung reaksi, kemudian ditambahkan zat warna methylen blue ke dalamnya sebanyak 1 ml, lalu tabung reaksi dibalikkan atau 180 o sebanyak tiga kali dimana mulut tabung ditutup dengan jari tangan. Banyaknya tabung reaksi yang dibuat pada pengujian ini yaitu sebanyak kurang lebih 10 tabung reaksi sebagai ulangan untuk memastikan hasil pengujian yang dilakukan. Setelah semua perlakuan tersebut dilakukan, kemudian ditunggu atau dibiarkan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk terjadinya perubahan warna pada uji tersebut, sehingga dengan adanya perubahan warna nantinya dapat diketahui perkiraan kualitas atau mutu dari susu tersebut. Perubahan warna yang terjadi pada uji yang dilakukan dapat dilihat pada table di bawah ini :
Dari tabel dapat diketahui kualitas atau mutu dari susu sapi murni yang diuji masuk dalam klasifikasi baik, artinya jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam susu sapi murni tersebut hanya sedikit. Dengan pengujian susu sapi murni tersebut dapat diketahui mutu dari susu tersebut, sehingga susu tersebut memungkinkan jika ingin dilakukan pengolahan selanjutnya sebab sudah diketahui susu tersebut berkualitas baik.

KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui mutu mikrobiologi dari susu murni dapat diketahui dengan melakukan uji methylen blue pada susu murni tersebut dengan menambahkan zat warna methylen blue pada susu tersebut, sehingga akan terjadi reduksi yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada susu, yakni dari warna biru akibat penambahan zat warna methylen blue menjadi berwarna putih. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya reduksi dan perubahan warna tersebut menunjukkan mutu dari susu yang diuji, artinya semakin lama waktu yang diperlukan untuk terjadinya reduksi dan perubahan warna, maka akan semakin baik mutu susu yang diuji tersebut. Namun sebelum penambahan methylen blue ke dalam susu, susu tersebut harus dipanaskan terlebih dahulu sampai mencapai suhu 60 oC, kemudian susu tersebut ditunggu sampai suhunya turun dan dingin. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml setiap tabung dan ditambahkan 1 ml zat warna methylen blue, lalu tabung reaksi dibalikkan posisinya 180o sebanyak tiga kali, kemudian ditunggu dan diamati sampai terjadi reduksi dan perubahan warna pada susu. Waktu perubahan warna tersebut dicatat untuk menentukan kualitas atau mutu dari susu tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Ir. Wayan Rawiniwati, MSi. Dan S. F. Nurul Qomariyah, SP. MSi, Pedoman Praktikum Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
turnerilmu21.blogspot.com/2011/04/uji-mikrobiologi-susu.html
wimvynurbahri.blogspot.com/2010/11/mikrobiologi-susu.html
Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PENGAMATAN BINTIL AKAR PADA SISTEM PERAKARAN TANAMAN LEGUMINOSA

Dasar Teori
Pengikatan nitrogen udara dapat dilakukan oleh mikrobia baik secara simbiotik maupun non simbiotik. Sebagai contoh pengikatan N simbiotik adalah asosiasi antara rhizobium sp. Dan tanaman leguminosa, antara sianobakteria dan azolla.
Kemampuan bakteri memfiksasi nitrogen untuk mereduksi N2 menjadi ammonia tergantung pada sistem enzim yang disebut kompleks nitrogenase yang diatur oleh gen Nif.

Tujuan
Untuk mengetahui fiksasi nitrogen simbiotik pada tanaman leguminosa.

Bahan dan Alat
  1. Pisau atau skapel tajam
  2. Tanaman leguminosa dengan akar berikut bintilnya
  3. Cat eritrosin dari Winogradski (larutan A dan B)
  4. Larutan sublimat (HgCl2) 1 : 1000 (volume) air steril
  5. Alkohol
  6. Akuades
  7. Mikroskop


Cara Kerja Pengamatan Morfologi Bintil Akar
  1. Diamati dan gambar letak, bentuk dan ukuran bintil akar dari tanaman leguminosa
  2. Dibuat irisan melintang dan membujur bintil akar beserta tempat terikatnya bintil tersebut dengan bagian akarnya menggunakan pisau kenudian dicat dengan eritrosin
  3. Diamati di bawah mikroskop, gambar dan beri keterangan.

Pembahasan
Pada pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan mikroskop didapat gambar seperti diatas yang mengartikan bahwa endogen terdapat pada akar tersier, sedangkan eksogen pada akar sekunder.
Sedangkan pada pengamatan bintik akar pada tanaman kedelai ada warna kemerahan pada sel tersebut, yang mengartikan bahwa dapat memfiksasi nitrogen untuk mereduksi N2 menjadi ammonia.
Bahwa tanaman kacang tanah yang termasuk ke dalam golongan leguminosa dapat tumbuh dengan subur pada tanah yang kandungan nitrogennya rendah, karena kacang-kacanganbersimbiosa dengan bakteri pengikat nitrogen dari genus Rhizobium untuk membentuk bintil akar.
Bakteri Rhizobium pada tanaman kacang tanah mengikat karbon, hasilnya adalah pertukaran bahan nutrisi yang saling menguntungkan. Tumbuhan mendapat nitrogen yang telah difiksasi, sedangkan bakterinya menerima karbon yang telah terfiksasi pula yang dipakai untuk menghasilkan energi. 

Kesimpulan
Bahwa pengikatan nitrogen udara dapat dilakukan oleh mikrobia baik secara simbiotik maupun non simbiotik. Dan terbukti bahwa bakteri Rhizobium dapat membantutanaman kacang-kacangan untuk dapat tumbuh subur karena bakteri yang terdapat pada tanaman tersebut dapat mengikat nitrogen. Warna merah yang ditimbulkan pada bintil akar tersebut mengartikan bahwa bintik akar efektif positif nitrogen di udara.


DAFTAR PUSTAKA

Ir. Wayan Rawiniwati,MSi dan s.F. Nurul Qomariyah,SP.MSi, Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
http://belantik.webs.com/apps/blog/entries/show/3917626-biofertilizer-mikroba-pembenah-tanah-
mitradesain.com/aktivitas-rhizobium-pada-leguminoceae/
http://sebarus.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MORFOLOGI KHAMIR

Dasar Teori
            Khamir adalah fungi uniseluler yang mikroskopik dan tidak membentuk percabangan permanen. Sebagian besar khamir termasuk dalam klas Ascomycetes, sebagian kecil termasuk dalam klas Basidiomycetes dan Fungi imperfecti. Khamir yang termasuk dalam klas pertama dan kedua berkembang baik dengan tunas(budding), pembelahan sel, spora aseksual dan spora seksual, yang termasuk klas ketiga hanya dapat berkembang biak dengan tunas.
            Ukuran khamir 4-20 kali lebih besar yaitu berkisar antara 1-9 mikron x 2-20 mikron, tergantung pada spesiesnya. Bentuk khamir bermacam-macam yaitu bulat, (spheroid), bulat telur (elips), silindris (silinder), seperti sosis, seperti buah jeruk dan sebagainya. Beberapa khamir tertentu dapat mengalami dimorfose yaitu dapat membentuk fase Y (Yeast, khamir) yang berbentuk sel tunggal dan fase F (Filamen) yang berbentuk benang. Khamir tidak berflagela sehingga tidak bergerak aktif.
            Dinding sel khamir terdiri atas khitin. Sel yang masih mudah dinding selnya tipis dan lentur, sedang yang tua dinding selnya tebal dan kaku. Dibawah dinding sel terdapat membrane sitoplasma yang bersifat permeable selektif. Di dalam sitoplasma terdapat  banyak granula-granula seperti mitokondria, volutin, granula lemak, dan granula glikogen.
            Semakin tua sel khamir semakin jelas granula-granulanya. Di dalam sel terdapat vakuola yang besar berisi inti sel (vakuola inti). Tipe sel khamir adalah eukariotik. Untuk identifikasi dan determinasi khamir perlu dipelajari sifat-sifat morfologi dan fisiologinya. Sifat-sifat morfologi yang perlu dipelajari meliputi bentuk dan ukuran sel, bentuk, ukuran dan jumlah spora, cara-cara perkembang biakan, pembentukan pseudomycelium, oidia, klamidospora, blastospora, giant colony dan sebagainnya. Sifat-sifat fisiologi meliputi pengujian asimilasi C dan N, fermentasi karbohidrat, kemampuan mencairkan gelatin, reduksi nitrat dan sebagainnya.
            Morfologi khamir secara mikroskopi dapat diamati baik dengan melakukan pengecatan maupun tidak. Pengamatan morfologi sel-sel yang masih hidup biasanya digunakan biakan murni yang masih muda (berumur 24-48 jam). Untuk pengamatan mikroskopi tersebut dapat menggunakan cara-cara seperti hanging drop, dark field, illumination teknicque, pengecat negative dan pengecatan-pengecatan khusus seperti halnya pada pengamatan mikroskopi bakteri.

Pengecatan sederhana sel-sel khamir
Tujuan
Pengecatan sederhana sel-sel khamir bertujuan untuk melihat bentuk sel khamir, membedakan sel yang mati dengan sel yang hidup dan menghitung presentase kematian khamir.

Bahan dan Alat
  1. Biakan murni Saccharomyces cerevisiae dalam medium toge cair atau medrum Glukosa Yeast Water, dalam tabung reaksi umur 24 jam dan 48 jam.
  2. larutan cat Metylene Blue 0,01% gelas benda, gelas penutup.

Cara Kerja
  1. Dilarutkan 1 sendok khamir ke dalam 50 ml air.
  2. Diambil suspense 1 tetes letakkan di atas gelas benda.
  3. Kemudian ditambahkan 1 tetes PP, kemudian aduk rata.
  4. Gelas benda yang sudah di suspensi dipanaskan di atas api spiritus, untuk mempercepat fiksasi, kemudian tutup dengan gelas penutup.
  5. Diamati dibawah mikroskop, sel yang mati berwarna merah dan yang hidup berwarna cerah.
  6. Dihitung persentase kematian khamir: Jumlah yang mati : (jumlah yang mati : jumlah yang hidup) x100% 
  7. Percobaan diulang 3 kali.

    HASIL PENGAMATAN
    Tabel Pengamatan Khamir
    Ulangan
    Jumlah yang mati
    Jumlah yang hidup
    1
    8
    4
    2
    11
    3
    3
    11
    4
    4
    9
    4
    5
    8
    4
    6
    7
    2
    Jumlah
    54
    21
    Rata-rata
    9
    3,5

     Jumlah yang mati : (jumlah yang mati : jumlah yang hidup) x100% = 9 : (9 : 3,5) x100%= 72%


    PEMBAHASAN

    Pengamatan dilakukan pada sel khamir yang telah diletakkan di atas kaca obyek. Kaca obyek tersebut lalu diamati di bawah mikroskop. pada mikroskop kaca obyek menjadi sangat luas, maka pengamatan sel khamir dilakukan pada tiga bagian dari kaca obyek. Bagian – bagian tersebut adalah bagian yang terdapat sel khamirnya.
    Sel khamir yang diamati dapat dibedakan menjadi sel yang sudah mati dan yang masih hidup. Sel yang sudah mati dicirikan dengan dinding selnya yang lebih tipis, sedangkan sel khamir yang hidup dinding selnya lebih tebal. Warna dari dinding selnya pun berbeda, sel yang sudah mati berwarna transparan, sedangkan yang masih hidup berwarna hitam.
    Sel khamir yang mati dikarenakan khamir telah diberi pewarnaan sebelum diamati. Pewarnaan dilakukan agar sel khamir dapat mudah diamati. Namun pewarnaan memang dapat mengakibatkan kematian pada sel yang diamati.
    Setelah mengamati sel khamir yang hidup dan yang mati, presentase sel khamir yang mati dapat dihitung dengan cara menghitung rata – rata jumlah sel yang mati dan dibagi oleh jumlah rata – rata sel yang ada. Hasilnya barulah dikalikan seratus. Pengamatan ini harus dilakukan dengan atau secara cepat karena waktu pengamatan dapat berpengaruh terhadap presentase sel khamir yang mati.


    KESIMPULAN
    Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk sel khamir bermacam - macam yaitu ada yang berbentuk bulat telur, bulat, seperti sosis, dan lain - lain. bentuk sel khamir juga dapat dibedakan antara sel yang hidup dengan yang mati.
    Sel yang hidup mempunyai dinding sel yang lebih tebal dan berwarna hitam. Sedangkan sel khamir yang mati dinding selnya tipis dan berwarna transparan.
    Presentase sel khamir yang mati lebih besar daripada sel khamir yang hidup. Hal ini dikarenakan khamir yang diamati telah diberi pewarnaan dengan menggunakan zat methylen blue. Penggunaan pewarna dimaksudkan agar sel khamir dapat lebih mudah diamati. Lama waktu pengamatan juga berpengaruh terhadap hidup matinya sel khamir.





    DAFTAR PUSTAKA

    Ir. Wayan Rawiniwati,MSi dan s.F. Nurul Qomariyah,SP.MSi, Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
    http://agritechlovers.blogspot.com/2011/05/morfologi-dan-ciri-ciri-khamir.html



    Baca Selengkapnya...

    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS

    PROSES PEMBUATANA BIAKAN MURNI BAKTERI (Acetobacter xylinum)

    Dasar Teori
    Dalam pembuatan nata de coco, nata de pina, atau nata de soyadiperlukan suatu sumber inokulum dari mikroba pembentuknya. Mikroba pembentuk nata dapat diisolasi dari alam melalui buah-buahan yang banayk mengandung gula seperti halnya buah nanas.
    Berdasarkan komposisi kimia yang terdapat dalam saribuah yang terbuat dari kulit nanas atau mil juice dapat dipergunakan sebagai bahan pengolahan makanan penyegar dalam bentuk snata yang dapat meningkatkan nilai tambah dari limbah nanas. Mil juice sangat baik bangi pertumbuhan berbagai macam bakteri diantaranya Acetobacter xylinum yang berperan dalam pembuatan nata.
    Nata adalah sejenis makanan penyegar atau pencuci mulut (food desert) yang lama populer di filiphina. Dilihat berdasarkan susunan kimianya nata adalah bacterial cellulose. Bahan ini berbentuk padat, putih transparan dan mengandung air kurang lebih 98%, rasanya menyerupai kolang kaling.
    Pada pembuatan nata dengan sari kulit nanas dibuat dengan mencampur sari kulit nanas, gula, ragi, roti, asam asetat glasial dan stater bakteri Acetobacter xylinum. Penambahan sedikit gula sebagai sumber tenaga dan sumber karbon dalam pembuatan nata serta penambahan asam asetat glasial untuk mengatur pH optimum, maka bakteri tersebut akan tumbuh subur serta dapat membentuk partikel nata yang diinginkan serta maksimal.
    Tingkat keasaman (pH) merupakan faktor yang paling penting dalam pembuatan mikroba, terutama kerja enzim dari mikroba tersebut. Bakteri Acetobacter xylinum tergolong bakteri yang menyukai suasana asam dan pH rendah. Kondisi pH optimal untuk menghasilkan nata adalah 3-4 (Jutono, dkk).

    Tujuan
    Mengetahui cara pembuatan biakan murni atau inokulum bakteri Acetobacter xylinum dari buah nanas, yang dapat digunakan dalam pembuatan nata de coco, nata de pina, ataupun nata de soya/whey (air limbah tahu).

    Bahan dan Alat:
    1. Buah nanas yang telah dimasak
    2. Gula pasir
    3. Amonium sulfat atau urea
    4. Asam asetat glasian atau asam cuka
    5. Tabung erlenmeyer
    6. Blender
    7. Saringan
    8. Kompor
    9. Botol sirup dan tutupnya
    10. Panci
    Cara Kerja
    1. Nanas dikupas, dicuci lalu di potong-potong dengan ukuran kecil.
    2. Setelah itu nanas ditaruh diblender agar menjadi mengencer.
    3. Lalu tambahkan air 4 liter kedalam panic beserta nanas yang sudah di blender.
    4. Direbus sampai mendidih.
    5. Setelah itu disaring agar diambil filtrat nya.
    6. Setelah itu dipanaskan kembali sampai mendidih.
    Hasil dan Pembahasan
    Hasil
    Hasil dari nata yang diperoleh mempunyai warna agak kekuningan dibanding nata yang terbuat dari air kelapa murni. Nata yang terbuat dari mata nenas ini memiliki kekenyalan yang hampir sama dengan nata yang dibuat dari bahan baku air kelapa.
    Pembahasan
    Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata tidak akan tumbuh di dalam cairan). Bahan yang dapat digunakan sebagai media untuk pembuatan nata adalah air kelapa sehingga produknya dikenal dengan nata de coco. Selain itu bahan lainnya adalah sari nanas (nata de pina), kedelai (nata de soya) atau buah lain yang mengandung glukosa. Mikroba yang aktif dalam pembuatan nata adalah bakteri pembentuk asam asetat yaitu Acetobacter xylinum. Mikroba ini dapat merubah gula menjadi selulosa. Jalinan selulosa inilah yang membuat nata terlihat putih. Nanas mengandung kadar asam yang lebih tinggi dibandingkan dengan air kelapa. Pada percobaan ini, nata yang dihasilkan tidak dapat terjadi seperti yang diharapkan mungkin ini terjadi karena pada proses pembuatan ada bahan yang kurang atau belebihan dalam pembuatan nata de pinna ini.


    Kesimpulan
    Pada percobaan ini, nata yang dihasilkan tidak dapat terjadi seperti yang diharapkan mungkin ini terjadi karena pada proses pembuatan ada bahan yang kurang atau belebihan dalam pembuatan nata de pinna ini.

    DAFTAR PUSTAKA
    http://hendraagronom.blogspot.com/2010/07/nata-de-pina-nata-nanas.html
    http://engineering-system.blogspot.com/2010/05/pembuatan-nata-dari-mata-buah-nenas.html
    http://untukmuibundatercinta.blogspot.com/2012/01/cara-pembuatan-nata-de-coco-biotek.html


    Baca Selengkapnya...

    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS