Showing posts with label Praktikum Mikrobiologi. Show all posts
Showing posts with label Praktikum Mikrobiologi. Show all posts

MEDIA DAN CARA PEMBUATANNYA

Dasar Teori
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat – zat hara ( nutriem ) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam – macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat – sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba.
Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat – syarat antara lain :
  1. Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba
  2. Harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan
  3. Tidak mengandung zat – zat yang tidak dapat menghambat pertumbuhan mikroba
  4. Harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang diinginkan dapat tumbuh baik


Macam – macam Media
Media dapat digolongkan berdasarkan atas susunan kimianya, sifat wujudnya dan fungsinya.

Penggolongan Media Berdasarkan Susunan Kimia
  1. Media anorganik, yaitu media yang tersusun dari bahan – bahan anorganik.
  2. Media organic yaitu media yang tersusun dari bahan – bahan organik.
  3. Media sintetik ( media buatan ) yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti. Media ini umumnya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan suatu mikroba.
  4. Media nonsintetik yaitu media yang susunan kimianya tidak dapat ditentukan dengan pasti. Media ini umumnya digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba.


Penggolongan Media Berdasarkan Sifat Wujudnya
  1. Media cair yaitu media yang berbentuk cair
  2. Media padat yaitu media yang berbentuk padat. Media ini dapat berupa bahan organik alamiah, misalnya dibuat dari kentang, wortel dan lain – lain atau juga bahan organik misalnya silica gel
  3. Media  padat yang dapat dicairkan ( semi solid ) yaitu yang apabila dalam keadaan panas berbentuk cair sedangkan dalam keadaan dingin berbentuk padat, misalnya : agar.


Penggolongan Media berdasarkan Fungsinya
  1. Media diperkaya yaitu media yang ditambahi zat – zat tertentu misalnya serum darah, ekstrak tanaman, dan lain sebagainya, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang bersifat heterotrof
  2. Media selektif yaitu media yang ditambahi zat tertentu untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain ( bersifat selektif ). Misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertewntu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram negative
  3. Media diferensial yaitu media yang ditambahkan zat kimia ( bahan ) tertentu yang menyebabkan suatu mikroba membentuk pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga dapat dibedakan tipe – tipenya. Misalnya media darah agar dapat digunakan untuk membedakan bakteri hemolitik (pemecah darah) dan bakteri non hemolitik
  4. Media penguji yaitu media dengan susunan tertentu yang digunakan untuk pengujian vitamin – vitamin, asam – asam amino, antibiotika dan lain sebagainya.
  5. Media untuk perhitungan jumlah mikroba, yaitu media spesifik yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan.
  6. Media khusus yaitu media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan perubahan – perubahan kimia tertentu.


Tujuan :
  1. Untuk mengetahui jenis – jenis media.
  2. Mengetahui cara membuat media.
  3. Mengetahui fungsi masing – masing media.


Bahan dan Alat :
         Biji jagung, air suling, agar – agar, ekstrak malt, kentang, dekstrose peptone, cawan Petri, gelas piala, gelas pengaduk, alat pemanas, timbangan analitik, kertas pH, autoklaf, kertas saringan.

Pembuatan Nutrien Agar

Bahan dan Alat :
  1. Ekstrak daging 3 gr
  2. Pepton 5 gr
  3. Agar – agar 15 – 20 gram
  4. Air suling/ aquades 1000 ml


Praktikan :
  1. Dibuat media nutrien dengan cara merebus irisan daging selama 1 jam, sehingga keluar sari kaldu dagingnya. Disaring dengan digunakan kertas saring yang bersih.
  2. Ditimbang agar sebanyak 15 – 20 gr untuk setiap 1000 ml
  3. Ke dalam filtrate ( hasil penyaringan ) ditambahkan agar – agar sesuai jumlah yang diinginkan dan ditambahkan glukosa, lalu dipanaskan hingga bahan – bahan larut semua.
  4. Ditambahkan air suling untuk digantikan yang hilang selama pemanasan sampai volume semula. Dilakukan pengaturan pH sekali lagi sampai pada kisaran pH 7
  5. Disaring media dalam keadaan panas dengan kapas atau kain kering yang bersih
  6. Dimasukkan ke dalam tabung ( wadah lain )
  7. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 20 menit


Pembuatan Media Kentang Dekstrosa Agar

Bahan – bahan :
  1. Kentang yang telah dikupas dan diiris 200 gr.
  2. Agar 15 – 20 gr
  3. Glikosa 7,5
  4. Pepton 5 gr
  5. Air suling 1000 ml


Praktikan :
  1. Kentang direbus didalam air suling selama 1 jam.
  2. Setelah itu disaring dengan digunakannya kertas saring yang bersih dan dalam filtrate ( hasil penyaringan ) ditambahkan agar – agar dan glukosa. Lalu dipanaskan semua bahan hingga larut.
  3. Ditambahkan air suling untuk diganti air yang hilang selama pemanasan berlangsung, hingga volume sama seperti semula.
  4. Setelah mendidih dimasukkan media tersebut ke dalam tabung ( wadah lain ) yang telah disterilkan
  5. Dimedia dalam wadah disterilkan kedalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 20 menit.
  6. Ditambahkan asam tartrat 10 % steril hingga pH mencapai 3,5 – 4,0.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dibuat tiga macam media yaitu media yang terbuat dari Potato Dekstrose agar ( Oxoid ), Czapek Dox agar, dan Potato Dekstrak agar ( BBL ).

1.      Potato Dextrose Agar ( BBL )
      Cara pembuatan media dari bahan tersebut ialah dengan menimbang bahan tersebut sebanyak 39 gr, kemudian dilarutkan dengan cara memasaknya dengan air sebanyak 1000 ml (  liter ) sampai air tersebut mendidih. Setelah mendidih kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan gelas piala. Tujuan dari dilakukannya penyaringan tadi ialah agar bahan yang dilarutkan tadi jika tidak larut dengan baik atau ada kotoran di dalamnya tidak masuk ke dalam media yang akan dibuat/ disterilkan, sebab jika tidak disaring jika ada kotoran atau bahannya tidak larut dengan baik, saat dijadikan media itu untuk pembiakan mikroba tidak dapat dibedakan mana mikroba dan yang mana kotoran yang terdapat pada media tersebut sehingga harus disiram lebih dahulu. Saat penyaringan larutan tersebut sempat berubah menjadi padatan seperti agar – agar dan larutan itu sendiri berwarna seperti warna krem dan sangat kental sekali.Setelah dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan gelas piala sebanyak 600 ml kemudian diukur pH nya, ternyata memiliki pH 6. Karna pH nya terlalu tinggi, maka harus diturunkan dengan penambahan larutan HCL kedalam larutan tersebut sebanyak 5 – 6 tetes kemudian dengan pemberian HCL tersebut pH nya turun menjadi 2. Karna sudah dianggap pH nya rendah, maka Erlenmeyer disumbat dengan kapas dan ditutup dengan kertas aluminium dan kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf untuk disterilkan agar terbebas dari mikroorganisme pengganggu saat digunakan sebagai media pembiakan mikroba nanti.

2.      Czapek Dox Agar ( CM97 )
        Cara membuat media ini adalah dengan menimbang bahan tersebut sebanyak 45,4 gr, kemudian direbus dengan air sebanyak 1000 ml ( 1 liter ), setelah itu diaduk terus sampai larut dan mendidih. Setelah mendidih, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring agar terbebas dari kotoran. Dalam pemanasan terjadi perubahan warna pada air menjadi warna coklat seperti warna teh diseduh. Namun pada saat penyaringan, larutan tersebut sempat dingin dan membentuk padatan seperti agar–agar. Setelah diperoleh larutan tersebut sebanyak 600 ml kemudian diukur pH nya ternyata pH nya mencapai pH 6. Karna larutan ini memiliki pH yang terlalu tinggi maka harus diturunkan dengan cara menambahkan larutan HCL sebanyak 5 tetes. Dengan pemberian HCL tersebut pH nya turun menjadi 4. Jika pH nya terlalu tinggi maka tidak baik untuk dijadikan sebagai media pertumbuhan mikroba. Karna mikroba dapat terjadi kematian.
        Dengan pH 4 maka larutan ini sudah dapat dijadikan sebagai media pertumbuhan mikroba maka selanjutnya media itu disterilkan di dalam autoklaf agar terbebas dari mikroorganisme lain pada saat digunakan untuk pembiakan mikroba. Namun sebelum dimasukkan ke dalam autolaf, larutan dimasukan kedalam Erlenmeyer terlebih dahulu dan ditutup dengan kapas dan kemudian ditutup juga dengan kertas aluminium.
3.      Potato Dextrose Agar ( Oxoid )
      Untuk membuat media dari bahan tersebut dapat dilakukan dengan cara: Timbang bahan tersebut sebanyak 39 gr, kemudian dilarutkan dengan cara memasaknya dengan air sebanyak 1000 ml ( 1 liter ) sampai mendidih. Setelah mendidih kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan gelas piala. Tujuan dari penyaringan tersebut agar bahan tersebut tidak larut dengan baik bersama air, tidak ikut kedalam media yang akan disterilkan, atau jika pada larutan tersebut ada kotoran akan lebih baik disaring terlebih dahulu sebab jika terdapat kotoran akan sulit membedakannya nanti mana mikroba yang dibiakkan dan kotoran yang terdapat pada media tersebut saat digunakan dalam pembiakan mikroba. Pada saat pemanasan dilakukan bahan tersebut larut dan berubah warna menjadi warna hitam seperti warna kopi dan mengeluarkn bau yang kurang enak. Pada saat penyaringan larutan sempat beku membentuk padatan juga seperti agar – agar. Setelah diperoleh larutan sebanyak 600 ml pH dari larutan itu sendiri adalah 3. Karna pH tersebut tidak terlalu tinggi maka tidak perlu ditambahkan larutan HCL untuk menurunkan pH dari larutan itu sendiri. Oleh sebab itu setelah dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer kemudian disunbat dengan kapas dan kemudian ditutup dengan kertas aluminium.Setelah itu larutan tersebut sudah dapat dimasukkan ke dalam autoklaf untuk disterilkan agar terbebas dari mikroorganisme pengganggu saat digunakan untuk pembiakan mokroba.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan media pembiakan mikroba bisa dibuat dengan cara: Nutrien Agar, Kentang Dekstrosa Agar yang dibuat dari bahan Czapek Dox Agar, Potato Dekstrose Agar ( Oxoid 39 gr ), dan Potato Dekstrose Agar ( BBL 39 gr ). Media tersebut harus diturunkan pH nya menjadi 4 agar mikroba dapat tumbuh dengan baik.

Saran
Sebaiknya praktikan diajarkan pula mengenai cara pembuatan medium yang lain. Seperti, Lactose Broth, EMBA (Eosin Methylene Blue Agar), VRBA (Violet Red Bile Agar).


DAFTAR PUSTAKA
Ir. Wayan Rawiniwati, MSi, dan S. F. Nurul Qomariyah, SP. MSi, Pedoman Praktikum Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta 2006 / 2007.
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/08/pembuatan-media-agar-dan-sterilisasi.html?m=1
Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MELIHAT STRUKTUR JAMUR ASPERGILLUS dan PENICILLUM

Dasar Teori
Kapang membentuk miselium dan berbagai bentuk spora. Kelompok kapang dipilahkan berdasarkan spora seksualnya: sebagai contoh Ascomycetes membentuk spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus sedangkan Basidiomycetes membentuk spora seksual dalam basidium.
Selain bentuk spora seksual, morfologi dan penataan spora aseksual juga membantu dalam identifikasi kapang. Morfologi dan penataan spora seksual berperan dalam identifikasi kapang. Deuteuromycetes atau fungi imperfecti, karena kelompok ini tidak memiliki spora seksual. Kapang yang tergolong genus Penicillium dan Aspergillus diklasifikasikan sebagai Deuteuromycetes meskipun tingkat pembentukan askosporanya telah ditemukan pada beberapa species.
Aspergillus
Aspergillus tersebar luas di alam, dan kebanyakan spesies ini sering menyebabkan kerusakan makanan, tetapi beberapa spesies bahkan digunakan dalam fermentasi makanan. Kapang ini sering digolongkan dalam Ascomycetes karena membentuk spora seksual yaitu askospora, dan diberi nama Eurotium untuk tahap seksualnya.

Ciri ciri Aspergillus adalah sebagai berikut:
  1. Hifa septat dan misellium bercabang, biasanya tidak berwarna.
  2. Koloni kompak.
  3. Konidiofora septat atau nonseptat, muncul dari “foot cell” (yaitu sel miselium yang membengkak dan berdinding tebal).
  4. Konidiofora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata dimana tumbuh konidia.
  5. Sterigmata atau fialida biasanya sederhana, berwarna atau tidak berwarna.
  6. Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam.
  7. Beberapa species tumbuh baik pada suhu 370c atau lebih.

Penicillium
Kapang Penicilium banyak tersebar di alam dan penting dalam mikrobiologi pangan. Penicillium dikenal dalam industri untuk memproduksi antibiotik, isalnya penicillin. Penicillium dibedakan atas beberapa group besar berdasarkan percabangan dari kepala yang membawa spora yang disebut penisili (berarti sikat kecil).

Ciri – ciri spesifik Penicillium adalah sebagai berikut:
  1. Hifa septat, misellium bercabang, biasanya tidak berwarna.
  2. Konidiofora septat dan muncul diatas permukaan, berasal dari hifa di bawah permukaan, bercabang, atau tidak bercabang.
  3. Kepala membawa spora seperti sapu, dengan sterigmata atau fialida dalam kelompok
  4. Konidia membentuk rantai karena muncul satu per satu dari sterigmata.
  5. Konidia pada waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kebiruan atau kecoklatan.

Tujuan
  1. Mengenal struktur jamur  Aspergillus dan Penicillium.
  2. Mempelajari bagian –bagian dari jamur Aspergillus dan Penicillium.
  3. Mempelajari sistem reproduksi dari Aspergillus dan Penicillium.

Bahan dan alat
Bahan
  1. Alkohol 90%
  2. Aquades
  3. Kultur Aspergillus dan kultur Penicillium
Alat
  1. Mikroskop,
  2. Kaca preparat dan penutupnya,
  3. Jarum ose,
  4. Lampu bunsen,
  5. Tisu,
  6. Gelas kimia,
  7. Pipet tetes.


HASIL dan PEMBAHASAN
          Sebelum melakukan praktikum praktikan diwajibkan mensterilkan tangan dan ruangan agar supaya cendawan yang ingin di amati tidak terkontaminasi oleh bakteri dari luar. Alat – alat yang digunakan untuk praktikum juga harus disterilkan terlebih dahulu. Cara mensterilkan kaca preparat adalah dengan diteteskannya alkohol 90%, lalu dielap dengan tisu hingga mengering. Tujuan dari sterilisasi alat tersebut agar pada saat pengambilan jamur dan ditaruh di kaca preparat jamur tidak mati agar bias diamati.

Kesimpulan
            Dapat disimpulkan dari praktikum kali ini bahwa struktur jamur aspergillus adalah tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler. Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak). Reproduksi:
  • Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
  • Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora.
Contoh spesies:
Sacharomyces cerevisae: sehari-hari dikenal sebagai ragi.
  • Berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol.
  • Mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi.


DAFTAR PUSTAKA

Ir. Wayan Rawiniwati. MSi, dan S. F. Nurul Qomariyah, SP. MSi, “ Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI ” Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta,      2006 / 2007.
lucassebastian.files.wordpress.com/2011/02/jamur.ppt
http://masrurenstein.blogspot.com/2009/05/mikrobiologi-umum.html
http://norrapissa.blogspot.com/

Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PEWARNAAN GRAM

Dasar Teori
Mikroorganisme sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak mengabsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya. Zar warna mengabsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan.
Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial.Pewarnaan gram merupakan contoh gram negatip. Pewarnaan diferensial lainnya ialah pewarnaan Zeihl Neelsen yang memilahkan bakteri menjadi kelompok tahan asam dan tidak tahan asam. Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa atau asam. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan zat warna yang mempunyai muatan negatip. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatip banyak ditemukan pada dinding sel, membrane sel dan sitoplasma sewaktu proses pewarnaan. Muatan positip pada zat warna basa akan berikatan dengan muatan negatip dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih kelihatan jelas. Zat warna yang bermuatan negatip lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan. Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positip. Sebaliknya padsa pewarnaan negatip latar belakang disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tidak berwarna.
Tujuan :
  1. Untuk mengetahui cara pewarnaan pada bakteri
  2. Untuk mengetahui apakah bakteri yang diberi pewarnaan bereaksi positip atau negatif.

Bahan dan Alat :
Alat – alat inokulasi, lampu, penjepit, kaca obyek, kaca penutup, beberapa jenis biakan bakteri.

Fiksasi Preparat
Untuk pengamatan morfologi sel mikroorganisme, maka seringkali telah pembuatan preparat alas dilakukan, fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat di atas api atau meredamnya dalam methanol.

Tujuan Fiksasi untuk :
  1. Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai.
  2. Melekatkan bakteri pada gelas obyek.
  3. Mematikan bakteri.


Cara Kerja :
  1. Beri larutan zat warna. Larutan zat warna yang diberikan adalah larutan biru metilen atau larutan karbol fuksin basa.
  2. Biarkan zat warna selama 30 detik.
  3. Cuci dan keringkan hati – hati dengan kertas saring
  4. Periksa dengan mikroskop 100 kali perbesaran.
  5. Bila preparat ulas dan teknik pewarnaan dilakukan dengan benar, maka mikroorganisme berwarna biru dengan larutan biru metilen dan berwarna merah dengan larutan karbol fuksin basa.
 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah bahwa diketahui bakteri sulit ditemukan. Oleh sebab itu dilakukan pewarnaan gram agar bakteri atau mikroorganisme dapat terlihat dengan jelas, tujuan pengamatan ini adalah sebagai latar belakang dari bakteri tersebut, agar bakteri tersebut dapat terlihat dengan jelas pada pengamatan dibawah mikroskop. Selain itu agar bakteri dapat menempel pada kaca preparat. Zat yang digunakan untuk mewarnai bakteri tersebut adalah  metilenred.
Cara pengamatan bakteri pada pewarnaan gram ini adalah mengambil bakteri  yang didapat dari air comberan depan laboratorium bamboo kuning dan di kolam ikan pendopo. Pewarnaan ini dilakukan dengan mengambil setetes larutan sample dengan bantuan pipet tetes dan meletakkannya diatas kaca preparat. Dan masukkan juga atau teteskan juga merah metil diatas preparat tersebut dan dicampur menjadi satu, kemudian dikering anginkan selama ± 30 detik atau dipanaskan diatas lampu bunsen hingga terlihat menyatu antara tetesan bakteri dan zat warna tersebut usahakan saat pemanasan kaca preparat digerak-gerakkan agar bakteri tersebut tidak mati akibat pemanasan tersebut.
Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop, dengan mudah dapat diamati bentuk dan warna sel bakterinya. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian zat warna menimbulkan warna pada sel bakteri dan di sekitar sel bakterinya. Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positif, sedangkan pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan di sekitar sel bakterinya disebut pewarnaan negatif. Sel bakteri yang diamati menghasilkan pewarnaan negative karena lingkungannya yang berwarna sedangkan bakteri tanpa warna

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pewarnaan bakteri dapat dilakukan dengan cara meletakkan sample bakteri pada kaca preparat, kemudian dikeringkan di atas lampu spritus. Setelah itu ditetesi zat warna merah metilen sampai menutupi bagian permukaan sample bakterinya. Lalu dikeringkan kurang lebih 30 detik, lalu diteteskan aquades satu tetes.Setelah diteteskan aquades, kemudian Lalu dikeringkan kurang lebih 30 detik. Dengan demikian dapatlah diamati di bawah mikroskop. Hasil pengamatan menunjukkan terjadi pewarnaan gram negatif. Pewarnaan gram negatif yaitu jika zat warna yang timbil berada di sekitar lingkungan bakteri yang diamati.



DAFTAR PUSTAKA
Ir. Wayan Rawiniwati M.Si dan S.F. Nurul Qomariyah, SP. M.Si, Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
 http://mikologi.com/
http://fpk.unair.ac.id/webo/doc/Pewarnaan%20gram.doc
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31250

[Diakses pada tanggal 05 Mei 2012]
Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PERHITUNGAN JUMLAH MIKROORGANISME

Dasar Teori

Metode Hitung Cawan
Setiap sel yang dapat hidup akan berkembang membentuk koloni. Jumlah koloni yang muncul merupakan suatu indeks bagi jumlah mikroorganisme yang dapat hidup. Untuk memenuhi persyaratan statistik, maka cawan yang digunakan untuk perhitungan adalah cawan yang mengandung koloni 30 – 300 koloni.
Jumlah mikroorganisme dalam sample tidak diketahui sebelumnya, oleh sebab itu maka dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam sample asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
Tujuan :
  1. Melatih melakukan sederetan pengenceran dan menentukan konsentrasinya.
  2. Dapat menentukan jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sample.
Bahan :
  1. Biakan bakteri (yakult).
  2. 4 botol blanko pengencer.
  3. 5 pipet steril ( 1 ml ).
  4. 1 pipet 0,1 ml steril.
  5. Batang kaca penyebar.
  6. Alkohol 70 %.
  7. 4 cawan Petri berisi nutrient agar.
  8. Alat penghitung koloni model Quebec.
Cara Kerja :
Metode penyebaran :
  1. Disiapkan pengenceran serial botol biakan bakteri.
  2. Di Kocok suspensi bakteri sampai kekeruham merata.
  3. Secara aseptik, pipetl 1 ml sample dan dimasukkan ke dalam blangko pengencer (1:100)
  4. Botol di kocok tsb 25 kali sehingga bakteir tersebar didalam larutan pengencer.
  5. Secara aseptik pipet 1 ml sampel dari botol 1:100 dan masukkan ke botol pengencer 1:10000 dan begitu seterusnya sampai botol terakhir.
  6. Setelah itu disterilkan batang kaca dan sterilkan dengan mencelupkan ke dalam gelas piala kecil berisi alkohol 95%, lalu bakar diatas api dan ulangi hal yang sama pada botol yang lain.
  7. Kemudian simpan cawan tersebut dalam keadaan terbalik selama 24 jam.
Perhitungan :
  1. Pilih cawan yang jumlah koloninya 30 – 300 koloni.
  2. Kalkulasikan jumlah mikroorganisme per ml biakan dengan cara mengalikan jumlah koloni yang terhitung dengan faktor pengencernya.
Misal :
Jumlah koloni yang terhitung 110 koloni pada cawan yang diinokulasikan dengan 0,1 ml sampel dari botol pengencer 1 : 100.000


HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan jumlah mikroorganisme pada praktikum ini dilakukan perhitungan mikroorganisme yang terdapat dalam satu botol minuman yakult. Perhitungan bakteri dilakukan dengan melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tertentu. Tujuan dari pengenceran ini ialah agar bakteri yang terdapat pada minuman yakult dapat diamati jumlahnya dan bentuknya di bawah mikroskop, sebab jika tidak dilakukan pengenceran terlebih dahulu, maka bakteri yang terdapat dalam minuman tersebut tidak akan dapat dilihat di bawah mikroskop karna larutan terlalu pekat.  Pengenceran ini dilakukan dengan cara mengambil 1 ml larutan dari dalam botol yakult, kemudian mengencerkan dengan akuadest sebanyak 99 ml. Dari pengenceran yang pertama ini diambil lagi sebanyak 1 ml, kemudian diencerkan lagi dengan akuadest sebanyak 99 ml lagi. Dari larutan ini kemudian diambil lagi sebanyak 1 ml dan diencerkan lagi dengan akuadest sebanyak 99 ml, dan kemudian diambil lagi sebanyak 1 ml dan diencerkan dengan akuadest sebanyak 99 ml, sehingga pengenceran larutan yang diambil dari botl yakult dilakukan sebanyak 4 kali. Agar dapat diamati di bawah mikroskop harus dibuat preparat basah terlebih dahulu yaitu dengan cara mengambil setetes larutan hasil pengenceran terakhir dan diteteskan pada kaca preparat dan ditutup dengan gelas kaca penutup preparat, kemudian barulah diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran tertentu.
Jenis bakteri yang terdapat dalam minuman yakult yaitu bakteri Lactobacillus casei Shirota strain yang mana dapat berperan dalam membantu metabolisme tubuh atau berperan dalam system pencernaan.  Dari hasil pengamatan bakteri yang dilakukan itu dapat dihitung jumlah bakteri yang terdapat dalam satu botol minuman yakult. Untuk mengetahui jumlah bakteri dalam satu botol yakult, maka dihitung dengan cara sebagai berikut :
Botol pengenceran 1 : berisi 99 ml larutan pengencer (1:100), terdapat 13 koloni.
Botol pengenceran 2 : berisi 99 ml larutan pengencer (1:10000), terdapat 20 koloni.
Botol pengenceran 3 : berisi 99 ml larutan pengencer (1:100000), terdapat 75 koloni.
Sedangkan pada botol pengenceran 4 : berisi 99 ml larutan pengencer (1:1000000), terdapat 290 koloni.
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui jumlah bakteri yang terdapat dalam satu botol minuman yakuylt yakni sebanyak hasil perhitungan yang tercantum di atas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan meminum satu botol minuman yakult berarti kita telah meminum bakteri Lactobacillus casei Shirota strain sebanyak itu tanpa disadari.

KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengamati jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu larutan yang lebih pekat harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu dengan konsentrasi tertentu agar dapat diamati di bawah mikroskop. Sebab jika tidak dilakukan pengenceran terlebih dahulu, maka sulit untuk mengamatinya di bawah mikroskop. Jika pengamatan bakteri di bawah mikroskop sudah dapat dilakukan dan diketahui jumlahnya, maka jumlah bakteri dalam satu botol dapat dihitung dengan cara mengkalkulasikan jumlah mikroorganisme per ml biakan dengan cara mengalikan jumlah koloni yang terhitung dengan faktor pengencernya.

DAFTAR PUSTAKA
Ir. Wayan Rawiniwati,MSi dan s.F. Nurul Qomariyah,SP.MSi, Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
http://itaapriani.blogspot.com/2012/03/perhitungan-bakteri-dengan-metode.html
http://adnanhidayat32.blogspot.com/2012/03/perhitungan-jumlah-bakteri.html
http://proseduralatpengujiansnikualitaskadar.blogspot.com/2011/01/menghitung-perhitungan-jumlah-bakteri.html
http://gyamarta21.wordpress.com/tag/perhitungan-bakteri/

Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

UJI MIKROBIOLOGI SUSU

Dasar teori
Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai komposisi yang baik sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme. Susu yang berasal dari sapi yang tidak sehat juga sering terkontaminasi oleh bakteri pathogen. Pasteurisasi yang dilakukan terhadap susu terutama ditunjukkan untuk membunuh bakteri pathogen yang tidak membentuk spora, disamping membunuh sebagai pembusuk.
Susu yang diperah dengan sanitasi yang tidak baik sering terkontaminasi  oleh bakteri kaliform. Tetapi dengan pasteurisasi, bakteri kaliform akan mati. Pengujian mikrobiologi terhadap susu perlu dilakukan untuk mengetahui mutu susu sebelum diolah lebih lanjut, misalnya disterilisasi atau dibuat menjadi produk – produk lain seperti es krim, keju, yogurt, dan sebagainya. Cara yang dilakukan untuk mengetahui mutu mikrobiologi susu, yaitu uji reduksi menggunakan methylen blu.
Methylen blue dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang terdapat di dalam susu. Dalam uji ini ditambahkan sejumlah zat warna methylen blue ke dalam susu kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan warna zat tersebut. Semakin tinggi jumlah bakteri di dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna.
Uji methylen blue didasarkan pada kemampuan bakteri di dalam susu untuk tumbuh dan menggunakan oksigen yang terlarut, sehingga menyebabkan penurunan kekuatan oksidasi – reduksi dari campuran tersebut, akibatnya methylen blue yang ditambahkan akan tereduksi menjadi methylen white. Waktu reduksi yaitu perubahan warna biru menjadi warna putih dianggap selesai jika kira – kira empat perlima bagian dari contoh susu yang terdapat di dalam tabung, yaitu sebanyak 10 ml, telah berwarna putih.


Tujuan
Mengetahui cara pengujian mutu mikrobiologi susu secara sederhana dengan menggunakan methylen blue.

Bahan dan Alat :
  1. Larutan methylen blue thiosianat
  2. Susu sapi murni 2 liter
  3. Tabung reaksi bertutup ulir 10 buah
  4. Pipet steril 10 ml
  5. Termometer
  6. Penangas air
  7. Jam/ penunjuk waktu.

Cara Kerja :
  1. Dimasukkan 1 ml methylen blue ke dalam tabung reaksi yang bertutup ulir.
  2. Ditambahkan ke dalam tabung reaksi tersebut susu sapi murni yang telah mengkocok dan telah dipanaskan dengan suhu 36 oC sebanyak 10 ml.
  3. Dibaliklah tabung reaksi secara perlahan – lahan sebanyak 3 kali ( ingat : jangan dikocok )
  4. Diamati perubahan warnanya setiap setengah jam, dan dicatat waktu reduksi ( methylen blue reduction timel MBRT ) yaitu waktu yang menunjukkan 4/5 bagian contoh susu di dalam tabung berubah warnanya menjadi putih.
  5. Untuk diketahui perkiraan hubungan antara jumlah koloni dengan waktu reduksi serta klasifikasi susu berdasarkan uji methylen blue dapat dilihat berdasarkan table berikut ini :


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Terlampir
Pembahasan
Untuk mengetahui kualitas atau mutu mokrobiologi susu sebelum pengolahan lebih lanjut perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian mutu mikrobiologi dari susu yang akan diolah tersebut. Untuk mengetahui mutu mikrobiologi dari susu tersebut dapat dilakukan dengan uji reduksi yaitu dilakukan dengan penambahan zat warna methylen blue.Dengan penambahan methylen blue ini dapat mengakibatkan perubahan warna susu, artinya semakin lama waktu yang diperlukan untuk terjadinya perubahan warna, maka dapat dikatakan kualitas atau mutu dari susu tersebut semakin baik, dan sebaliknya.
Pengujian dengan methylen blue ini dapat dilakukan dengan cara memanaskan susu sapi murni yang belum diolah sebanyak ± 1 liter sampai mencapai suhu 60 oC, kemudian susu yang dipanaskan tersebut diangkat dari atas penangas air dan mendinginkannya dengan cara membuka penutup dan menunggunya sampai suhunya turun dan menjadi dingin.( hangat ). Selanjutnya, susu tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml setiap tabung reaksi, kemudian ditambahkan zat warna methylen blue ke dalamnya sebanyak 1 ml, lalu tabung reaksi dibalikkan atau 180 o sebanyak tiga kali dimana mulut tabung ditutup dengan jari tangan. Banyaknya tabung reaksi yang dibuat pada pengujian ini yaitu sebanyak kurang lebih 10 tabung reaksi sebagai ulangan untuk memastikan hasil pengujian yang dilakukan. Setelah semua perlakuan tersebut dilakukan, kemudian ditunggu atau dibiarkan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk terjadinya perubahan warna pada uji tersebut, sehingga dengan adanya perubahan warna nantinya dapat diketahui perkiraan kualitas atau mutu dari susu tersebut. Perubahan warna yang terjadi pada uji yang dilakukan dapat dilihat pada table di bawah ini :
Dari tabel dapat diketahui kualitas atau mutu dari susu sapi murni yang diuji masuk dalam klasifikasi baik, artinya jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam susu sapi murni tersebut hanya sedikit. Dengan pengujian susu sapi murni tersebut dapat diketahui mutu dari susu tersebut, sehingga susu tersebut memungkinkan jika ingin dilakukan pengolahan selanjutnya sebab sudah diketahui susu tersebut berkualitas baik.

KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui mutu mikrobiologi dari susu murni dapat diketahui dengan melakukan uji methylen blue pada susu murni tersebut dengan menambahkan zat warna methylen blue pada susu tersebut, sehingga akan terjadi reduksi yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada susu, yakni dari warna biru akibat penambahan zat warna methylen blue menjadi berwarna putih. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya reduksi dan perubahan warna tersebut menunjukkan mutu dari susu yang diuji, artinya semakin lama waktu yang diperlukan untuk terjadinya reduksi dan perubahan warna, maka akan semakin baik mutu susu yang diuji tersebut. Namun sebelum penambahan methylen blue ke dalam susu, susu tersebut harus dipanaskan terlebih dahulu sampai mencapai suhu 60 oC, kemudian susu tersebut ditunggu sampai suhunya turun dan dingin. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml setiap tabung dan ditambahkan 1 ml zat warna methylen blue, lalu tabung reaksi dibalikkan posisinya 180o sebanyak tiga kali, kemudian ditunggu dan diamati sampai terjadi reduksi dan perubahan warna pada susu. Waktu perubahan warna tersebut dicatat untuk menentukan kualitas atau mutu dari susu tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Ir. Wayan Rawiniwati, MSi. Dan S. F. Nurul Qomariyah, SP. MSi, Pedoman Praktikum Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
turnerilmu21.blogspot.com/2011/04/uji-mikrobiologi-susu.html
wimvynurbahri.blogspot.com/2010/11/mikrobiologi-susu.html
Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PENGAMATAN BINTIL AKAR PADA SISTEM PERAKARAN TANAMAN LEGUMINOSA

Dasar Teori
Pengikatan nitrogen udara dapat dilakukan oleh mikrobia baik secara simbiotik maupun non simbiotik. Sebagai contoh pengikatan N simbiotik adalah asosiasi antara rhizobium sp. Dan tanaman leguminosa, antara sianobakteria dan azolla.
Kemampuan bakteri memfiksasi nitrogen untuk mereduksi N2 menjadi ammonia tergantung pada sistem enzim yang disebut kompleks nitrogenase yang diatur oleh gen Nif.

Tujuan
Untuk mengetahui fiksasi nitrogen simbiotik pada tanaman leguminosa.

Bahan dan Alat
  1. Pisau atau skapel tajam
  2. Tanaman leguminosa dengan akar berikut bintilnya
  3. Cat eritrosin dari Winogradski (larutan A dan B)
  4. Larutan sublimat (HgCl2) 1 : 1000 (volume) air steril
  5. Alkohol
  6. Akuades
  7. Mikroskop


Cara Kerja Pengamatan Morfologi Bintil Akar
  1. Diamati dan gambar letak, bentuk dan ukuran bintil akar dari tanaman leguminosa
  2. Dibuat irisan melintang dan membujur bintil akar beserta tempat terikatnya bintil tersebut dengan bagian akarnya menggunakan pisau kenudian dicat dengan eritrosin
  3. Diamati di bawah mikroskop, gambar dan beri keterangan.

Pembahasan
Pada pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan mikroskop didapat gambar seperti diatas yang mengartikan bahwa endogen terdapat pada akar tersier, sedangkan eksogen pada akar sekunder.
Sedangkan pada pengamatan bintik akar pada tanaman kedelai ada warna kemerahan pada sel tersebut, yang mengartikan bahwa dapat memfiksasi nitrogen untuk mereduksi N2 menjadi ammonia.
Bahwa tanaman kacang tanah yang termasuk ke dalam golongan leguminosa dapat tumbuh dengan subur pada tanah yang kandungan nitrogennya rendah, karena kacang-kacanganbersimbiosa dengan bakteri pengikat nitrogen dari genus Rhizobium untuk membentuk bintil akar.
Bakteri Rhizobium pada tanaman kacang tanah mengikat karbon, hasilnya adalah pertukaran bahan nutrisi yang saling menguntungkan. Tumbuhan mendapat nitrogen yang telah difiksasi, sedangkan bakterinya menerima karbon yang telah terfiksasi pula yang dipakai untuk menghasilkan energi. 

Kesimpulan
Bahwa pengikatan nitrogen udara dapat dilakukan oleh mikrobia baik secara simbiotik maupun non simbiotik. Dan terbukti bahwa bakteri Rhizobium dapat membantutanaman kacang-kacangan untuk dapat tumbuh subur karena bakteri yang terdapat pada tanaman tersebut dapat mengikat nitrogen. Warna merah yang ditimbulkan pada bintil akar tersebut mengartikan bahwa bintik akar efektif positif nitrogen di udara.


DAFTAR PUSTAKA

Ir. Wayan Rawiniwati,MSi dan s.F. Nurul Qomariyah,SP.MSi, Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
http://belantik.webs.com/apps/blog/entries/show/3917626-biofertilizer-mikroba-pembenah-tanah-
mitradesain.com/aktivitas-rhizobium-pada-leguminoceae/
http://sebarus.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
Baca Selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MORFOLOGI KHAMIR

Dasar Teori
            Khamir adalah fungi uniseluler yang mikroskopik dan tidak membentuk percabangan permanen. Sebagian besar khamir termasuk dalam klas Ascomycetes, sebagian kecil termasuk dalam klas Basidiomycetes dan Fungi imperfecti. Khamir yang termasuk dalam klas pertama dan kedua berkembang baik dengan tunas(budding), pembelahan sel, spora aseksual dan spora seksual, yang termasuk klas ketiga hanya dapat berkembang biak dengan tunas.
            Ukuran khamir 4-20 kali lebih besar yaitu berkisar antara 1-9 mikron x 2-20 mikron, tergantung pada spesiesnya. Bentuk khamir bermacam-macam yaitu bulat, (spheroid), bulat telur (elips), silindris (silinder), seperti sosis, seperti buah jeruk dan sebagainya. Beberapa khamir tertentu dapat mengalami dimorfose yaitu dapat membentuk fase Y (Yeast, khamir) yang berbentuk sel tunggal dan fase F (Filamen) yang berbentuk benang. Khamir tidak berflagela sehingga tidak bergerak aktif.
            Dinding sel khamir terdiri atas khitin. Sel yang masih mudah dinding selnya tipis dan lentur, sedang yang tua dinding selnya tebal dan kaku. Dibawah dinding sel terdapat membrane sitoplasma yang bersifat permeable selektif. Di dalam sitoplasma terdapat  banyak granula-granula seperti mitokondria, volutin, granula lemak, dan granula glikogen.
            Semakin tua sel khamir semakin jelas granula-granulanya. Di dalam sel terdapat vakuola yang besar berisi inti sel (vakuola inti). Tipe sel khamir adalah eukariotik. Untuk identifikasi dan determinasi khamir perlu dipelajari sifat-sifat morfologi dan fisiologinya. Sifat-sifat morfologi yang perlu dipelajari meliputi bentuk dan ukuran sel, bentuk, ukuran dan jumlah spora, cara-cara perkembang biakan, pembentukan pseudomycelium, oidia, klamidospora, blastospora, giant colony dan sebagainnya. Sifat-sifat fisiologi meliputi pengujian asimilasi C dan N, fermentasi karbohidrat, kemampuan mencairkan gelatin, reduksi nitrat dan sebagainnya.
            Morfologi khamir secara mikroskopi dapat diamati baik dengan melakukan pengecatan maupun tidak. Pengamatan morfologi sel-sel yang masih hidup biasanya digunakan biakan murni yang masih muda (berumur 24-48 jam). Untuk pengamatan mikroskopi tersebut dapat menggunakan cara-cara seperti hanging drop, dark field, illumination teknicque, pengecat negative dan pengecatan-pengecatan khusus seperti halnya pada pengamatan mikroskopi bakteri.

Pengecatan sederhana sel-sel khamir
Tujuan
Pengecatan sederhana sel-sel khamir bertujuan untuk melihat bentuk sel khamir, membedakan sel yang mati dengan sel yang hidup dan menghitung presentase kematian khamir.

Bahan dan Alat
  1. Biakan murni Saccharomyces cerevisiae dalam medium toge cair atau medrum Glukosa Yeast Water, dalam tabung reaksi umur 24 jam dan 48 jam.
  2. larutan cat Metylene Blue 0,01% gelas benda, gelas penutup.

Cara Kerja
  1. Dilarutkan 1 sendok khamir ke dalam 50 ml air.
  2. Diambil suspense 1 tetes letakkan di atas gelas benda.
  3. Kemudian ditambahkan 1 tetes PP, kemudian aduk rata.
  4. Gelas benda yang sudah di suspensi dipanaskan di atas api spiritus, untuk mempercepat fiksasi, kemudian tutup dengan gelas penutup.
  5. Diamati dibawah mikroskop, sel yang mati berwarna merah dan yang hidup berwarna cerah.
  6. Dihitung persentase kematian khamir: Jumlah yang mati : (jumlah yang mati : jumlah yang hidup) x100% 
  7. Percobaan diulang 3 kali.

    HASIL PENGAMATAN
    Tabel Pengamatan Khamir
    Ulangan
    Jumlah yang mati
    Jumlah yang hidup
    1
    8
    4
    2
    11
    3
    3
    11
    4
    4
    9
    4
    5
    8
    4
    6
    7
    2
    Jumlah
    54
    21
    Rata-rata
    9
    3,5

     Jumlah yang mati : (jumlah yang mati : jumlah yang hidup) x100% = 9 : (9 : 3,5) x100%= 72%


    PEMBAHASAN

    Pengamatan dilakukan pada sel khamir yang telah diletakkan di atas kaca obyek. Kaca obyek tersebut lalu diamati di bawah mikroskop. pada mikroskop kaca obyek menjadi sangat luas, maka pengamatan sel khamir dilakukan pada tiga bagian dari kaca obyek. Bagian – bagian tersebut adalah bagian yang terdapat sel khamirnya.
    Sel khamir yang diamati dapat dibedakan menjadi sel yang sudah mati dan yang masih hidup. Sel yang sudah mati dicirikan dengan dinding selnya yang lebih tipis, sedangkan sel khamir yang hidup dinding selnya lebih tebal. Warna dari dinding selnya pun berbeda, sel yang sudah mati berwarna transparan, sedangkan yang masih hidup berwarna hitam.
    Sel khamir yang mati dikarenakan khamir telah diberi pewarnaan sebelum diamati. Pewarnaan dilakukan agar sel khamir dapat mudah diamati. Namun pewarnaan memang dapat mengakibatkan kematian pada sel yang diamati.
    Setelah mengamati sel khamir yang hidup dan yang mati, presentase sel khamir yang mati dapat dihitung dengan cara menghitung rata – rata jumlah sel yang mati dan dibagi oleh jumlah rata – rata sel yang ada. Hasilnya barulah dikalikan seratus. Pengamatan ini harus dilakukan dengan atau secara cepat karena waktu pengamatan dapat berpengaruh terhadap presentase sel khamir yang mati.


    KESIMPULAN
    Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk sel khamir bermacam - macam yaitu ada yang berbentuk bulat telur, bulat, seperti sosis, dan lain - lain. bentuk sel khamir juga dapat dibedakan antara sel yang hidup dengan yang mati.
    Sel yang hidup mempunyai dinding sel yang lebih tebal dan berwarna hitam. Sedangkan sel khamir yang mati dinding selnya tipis dan berwarna transparan.
    Presentase sel khamir yang mati lebih besar daripada sel khamir yang hidup. Hal ini dikarenakan khamir yang diamati telah diberi pewarnaan dengan menggunakan zat methylen blue. Penggunaan pewarna dimaksudkan agar sel khamir dapat lebih mudah diamati. Lama waktu pengamatan juga berpengaruh terhadap hidup matinya sel khamir.





    DAFTAR PUSTAKA

    Ir. Wayan Rawiniwati,MSi dan s.F. Nurul Qomariyah,SP.MSi, Pedoman Praktikum MIKROBIOLOGI fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta, 2006 / 2007.
    http://agritechlovers.blogspot.com/2011/05/morfologi-dan-ciri-ciri-khamir.html



    Baca Selengkapnya...

    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS